Kamis, 28 Maret 2024

Hubungan Stres dengan Uban Menurut Penelitian

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi Uban. Foto: mother nature network

Menurut cerita rakyat, rambut Marie Antoinette berubah memutih dalam semalam sebelum dia dieksekusi dengan guillotine (alat pancung) pada Revolusi Prancis 1793. Ratu bernasib nahas itu contoh ekstrem fenomena rambut beruban akibat stres.

Mekanisme biologis di balik rambut beruban masih jadi misteri. Namun, peneliti mengatakan, mereka telah menemukan alasan di balik uban. Itu didorong oleh respons tubuh menghadapi bahaya.

Para peneliti meneliti tikus percobaan untuk melihat bagaimana stres mempengaruhi sel-sel induk dalam folikel rambut yang bertanggung jawab untuk membuat melanosit, sel-sel penghasil pigmen yang memberi warna pada rambut, entah itu hitam, cokelat, pirang atau merah.

Manusia pada umumnya memiliki sekitar 100.000 folikel rambut di kulit kepala mereka. Dilansir Reuters, peneliti awalnya menduga bahwa serangan kekebalan yang disebabkan oleh stres mungkin menyasar sel-sel induk melanosit, tetapi hipotesis itu tidak berjalan baik.

Mereka mengeksplorasi apakah hormon kortisol, yang meningkat di bawah tekanan, sebagai penyebabnya? Dugaan ini ternyata juga salah.

Sebagai gantinya mereka menemukan bahwa sistem saraf simpatik tubuh, yang mengatur respons “lawan-atau-lari” mamalia terhadap bahaya, punya peran sentral.

Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang menyebar hingga ke kulit, bentuknya seperti pita yang melilit setiap folikel rambut dan sangat dekat dengan sel stem melanosit.

Ketika tikus berhadapan dengan rasa sakit jangka pendek atau ditempatkan di kondisi penuh stres, saraf ini melepaskan norepinefrin yang kemudian diambil oleh sel-sel induk dalam folikel rambut yang berfungsi sebagai reservoir melanosit terbatas.

“Biasanya, ketika rambut beregenerasi, beberapa dari sel-sel induk ini berubah menjadi sel-sel penghasil pigmen warna rambut. Tetapi ketika mereka kena norepinefrin dari saraf simpatik semua sel-sel induk diaktifkan dan diubah menjadi sel-sel produsen pigmen,” kata Ya-Chieh Hsu, associate professor of stem cell and regenerative biology di Harvard University.

“Artinya tidak ada lagi yang tersisa. Dalam beberapa hari, reservoir sel stem regenerasi pigmen habis. Ketika betul-betul tak ada, kau tidak bisa meregenerasi pigmen lagi,” imbuh dia.

Stres bukan satu-satunya alasan rambut berubah. Proses penuaan alami adalah penyebab utama. Mutasi genetik dan serangan imun juga berkontribusi pada rambut memutih.

“Sel induk melanosit juga hilang seiring penuaan,” kata Hsu. “Hipotesis yang menarik adalah stres dapat mempercepat proses penuaan. Tapi kita tidak tahu apakah itu benar. Kami tertarik untuk mencari hubungannya.”(ant/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 28 Maret 2024
31o
Kurs