Sabtu, 27 April 2024

Magister Manajemen 55 Unair Ajak Tuna Netra Melukis dengan Cat Beraroma

Laporan oleh Anton Kusnanto
Bagikan
Syirin Penyandang Tuna Netra bersama dengan pendamping Tabita mahasiswa MM 55 Unair di acara Public Movement This Is Ability Not Disability dengan metode melukis menggunakan cat beraroma di Hall Plaza Surabaya, Minggu (20/6/2021). Foto: Anton suarasurabaya.net

Bagi penyandang tuna netra, melukis menjadi hal yang terdengar mustahil. Namun mahasiswa Magister Manajemen 55 Unair mampu mewujudkannya melalui acara Public Movement dengan tema” This Is Ability Not Disability” dengan metode melukis menggunakan cat beraroma.

Septa Ika Pratiwi Humas Tim Penggerak Program Public Movement “This Is Ability Not Disability” mengungkapkan acara ini dilaksakan untuk membawa semangat kesetaraan bagi setiap orang untuk melukis tidak terkecuali untuk teman-teman tuna netra.

“Harapannya dulu dengan acara ini yang diprakarsai oleh kami bisa sustain (menopang) berkelanjutan dan bisa diakomodir oleh teman-teman dari semua pihak,” ucapnya dalam sambutan acara, Minggu (20/6/2021).

Kegiatan yang dilaksanakan di Plaza Surabaya ini diawali dengan sambutan oleh Humas MM 55 Unair dan Diah Armini Direktur Utama Plaza Surabaya, kemudian melukis bersama Yayasan Pendidikan Anak-anak Tuna Netra, talkshow, dan ditutup dengan lelang hasil lukisan anak-anak penyandang tuna netra.

Sedikitnya 13 anak berada di Hall lantai dua ini melukis didampingi dengan teman-teman dari MM 55 Unair. Syirin misalnya, dia menggambar bunga dengan berbagai bentuk dan pelangi didampingi dengan Tabita mahasiswa MM 55 Unair.

Syirin menggunakan indra penciumannya untuk mengenali warna catnya. “Dicium dulu,” kata Syirin ketika ditanya bagaimana mengenali warnanya sebelum melukis.

Sebelumnya, Syirin mengaku belum pernah menggambar dengan motedoe ini. “Belum pernah, pernahnya menggambar pakai pensil,” akunya.

Tabita turut membantu Syirin dalam melukis, ia melihat Syirin sudah mampu membedakan warna dengan baik. Ia menjelaskan, warna-warna cat diberi perasa makanan yang menyerupai warna aslinya seperti merah baunya strawberry, ungu baunya anggur, dan sebagainya. “Oh kalo pisang itu warnanya kuning, jadi mereka bias mengenali,” ucapnya.

“Kita angkat dari eksperimen-eksperimen karena mereka kan sudah pernah makan,” jelasnya saat diwawancarai disusul Syirin bernyanyi lagu pelangi yang menandakan ia ingin menggambar pelangi.

Public Movement ini juga dihadiri oleh Emil Dardak Wakil Gubernur Jatim, Armuji Wakil Wali Kota Surabaya, Dinsos Suarabaya serta Sudarmaji Ketua Dewan Pengurus Daerah Pertuni Jatim.(frh/tin/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
28o
Kurs