Selasa, 14 Mei 2024

Stimulasi di Empat Area ini Bermanfaat untuk Kesehatan Otak

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi Kesehatan Otak Manusia. Foto: freepik

Novi Poespita Chandra Psikolog Universitas Gajah Mada (UGM) menyebut perlunya keseimbangan stimulasi aktivitas pada empat elemen perkembangan untuk menjaga kesehatan otak, yaitu fisik, kognisi, emosi, dan sosial.

“Jadi, kalau ditanya permainan atau kegiatan apa yang bisa bagus untuk otak berarti adalah semua permainan dan aktivitas yang bisa menstimulasi empat area itu, area fisik, area kognisi, area emosi, dan area sosial,” ujar Novi pada Senin (24/7/2023), dilansir Antara.

Untuk area fisik, stimulasi atau aktivitas yang bisa diberikan untuk menjaga kesehatan otak adalah dengan melakukan aktivitas seperti olahraga.

Terlebih lagi bagi lansia, olahraga fisik sangat diperlukan agar otak bisa menstimulasi kekuatan otot yang sudah mulai melemah.

Novi mengatakan, dengan 30 menit beraktivitas akan menambah kapasitas otak. Sebab oksigen menstimulasi sinapsis baru yang merangsang pertemuan elektrik listrik di otak.

Selanjutnya area kognitif, bisa ditingkatkan dengan kegiatan yang memerlukan proses berpikir seperti bermain tebak-tebakan, bisa juga dengan mengisi teka teki silang maupun permainan tradisional yang mengasah pikiran.

“Kognitif itu harus selalu dijalankan dan bahkan kalau kita pakai analogi kayak olahraga, stimulannya harus ditambah. Misalnya sekarang baca buku, satu buku (selama) satu bulan. Harusnya, bertambah usia, bisa satu bulan (membaca) lima buku karena kapasitasnya harus dinaikkan,” tuturnya.

Kemudian area sosial, seperti melibatkan emosi serta melatih kepekaan dan empati, juga dapat menstimulasi otak untuk terus berkembang. Untuk praktiknya melalui permainan tradisional yang melibatkan banyak interaksi dan aturan.

Perkembangan otak, khususnya untuk anak, perlu distimulasi sedini mungkin dengan peran pengasuhan orang tua yang baik.

Dalam teori psikologi kognitif Piaget maupun teori Vygotsky, anak harus distimulasi dengan tepat sesuai perkembangan usianya dengan paparan komunikasi serta kultur dari berbagai bidang.

“Kita nggak lakukan itu di pendidikan sekolah maupun di rumah. Anak-anak jarang ngomong karena dia main gadget (gawai). Maka kapasitas otak dia untuk berpikir menyelesaikan persoalan-persoalan termasuk berkomunikasi itu lemah,” tutur Novi. (ant/fra/saf/iss)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Selasa, 14 Mei 2024
30o
Kurs