Senin, 4 November 2024

Fakultas Kedokteran Unair Target Zero Bullying dan Depresi

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Penandatanganan kerja sama FK Unair dengan ESQ Leadership Center untuk mencegah permasalahan gangguan mental PPDS, Sabtu (5/10/2024). Foto: Meilita Elaine suarasurabaya.net

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menarget zero kasus bullying dan depresi mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

Prof. Budi Santoso Dekan FK Unair menyebut, fenomena itu terjadi di hampir semua jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Ia menargetkan nol kasus.

“Dalam upaya zero bullying, depresi, stress kita mencoba pendekatan preventif sebelum kejadian,” katanya ketika konferensi pers di Opening Ceremony Dies Natalis Unair ke-70 dan peringatan 111 pendidikan dokter, Sabtu (5/10/2024).

Upayanya, membentuk alur penanganan bullying juga konsultasi tanda awal depresi.

“Kita FK Unair dan RSUD Dr. Soetomo sudah buat alur penanganan bullying, depresi, juga kita buat unit konsultasi masalah stres, depresi,” imbuhnya.

Misalnya stres karena salah jurusan, lanjutnya, akan dilakukan pendekatan, hingga difasilitasi pindah jurusan sesuai keinginan.

Soal tingkat depresi di PPDS FK Unair, Prof Bus menyebut masih dalam batas wajar dan terkendali.

Pencegahan dini juga dilakukan dengan menggandeng ESQ Leadership Center untuk menangani masalah kesehatan mental mahasiswa hingga pengajar selain tata cara baku yang fakultas punya.

“Seperti disampaikan tadi, tidak cukup dengan kecerdasan intelektual, tapi kecerdasan mengelola emosi dan spiritual (perlu). Selain peserta didik, dosen pengajar, juga staf (akan) dibekali,” paparnya.

Sementara itu, Ary Ginanjar pencetus dan pendiri ESQ Leadership Center menyatakan bahwa isu kesehatan mental telah ia prediksi akan menjadi masalah besar sejak 25 tahun yang lalu.

Menurutnya, kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk menjalankan profesi apapun tanpa didukung kecerdasan emosional dan spiritual.

“Seperempat abad kemudian (sekarang) menggema di mana-mana (isu mental health). Ini membuktikan kecerdasan intelektual tidak cukup menjalankan profesi apapun,” ujar Ary.

Ia juga mengusulkan lima langkah untuk mencegah masalah kesehatan mental, khususnya di lingkungan pendidikan kedokteran.

Pertama, memberikan bekal kecerdasan spiritual kepada para dokter. Kedua, membekali mereka dengan kecerdasan emosional agar mampu merespons masalah secara cepat dan tepat.

“Orang yang bunuh diri bukan karena tekanan eksternal, tapi ketidakmampuan internal mengolah pikirannya,” tambahnya.

Langkah ketiga, kampus harus melakukan penyaringan (screening) calon mahasiswa agar sesuai dengan kompetensi. Ia menyebut bahwa 70 persen mahasiswa memilih jurusan yang salah.

“Pencegahannya dilakukan di awal sebelum masuk, atau kalau sudah terlambat, minimal mahasiswa dan pembimbingnya harus menyadari hal ini,” lanjut Ary.

Keempat, akan ada kerja sama untuk mengerahkan seribu tenaga coaching dan hipnoterapi sebagai intervensi 24 jam bagi para mahasiswa.

“Kelima, jika langkah-langkah tersebut belum cukup, maka dosennya harus dibekali ilmu untuk mengatasi masalah kesehatan mental ini,” tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, Universitas Airlangga (Unair) masuk dalam daftar kampus yang diinvestigasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terkait kasus perundungan (bullying) di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Diponegoro (Undip).

Prof. Mohammad Nasih Rektor Unair memastikan bahwa pihaknya mendukung penuh upaya Kemenkes dalam menginvestigasi fakultas kedokteran di berbagai kampus. Ia juga menegaskan bahwa sanksi terberat, yaitu drop out, akan diberlakukan bagi mahasiswa PPDS yang terbukti melakukan bullying. (lta/saf/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 4 November 2024
34o
Kurs