Rabu, 8 Mei 2024

Ngabuburit Bukan Tradisi Asli Masyarakat Surabaya

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Menunggu waktu berbuka puasa, Ngabuburit di area Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Menunggu waktu menjelang berbuka puasa, atau biasa dikenal dengan Ngabuburit, ternyata justru bukan bagian dari pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan dalam tradisi asli masyarakat Surabaya.

Gak onok iku. Ngabuburit itu istilah Sunda. Kalau terjemahan bebasnya, artinya meletakkan bokong. Itu istilah baru. Dan kemudian menjadi istilah yang digunakan banyak orang untuk menunggu waktu atau menunggu saat berbuka puasa,” terang Sabrot Dodong Malioboro Pemerhati Budaya.

Di Surabaya, lanjut Sabrot, menunggu waktu berbuka puasa diisi dengan mengaji di Langgar dan Masjid. “Atau kalau yang di kampung-kampung, biasanya anak-anak muda cangkruk di pojokan kampung sambil ngobrol. Tapi sudah siap pakai sarung,” ujar Sabrot.

Atau kalau tidak, masih kata Sabrot, mereka ini mainan Mercon Bumbung. Sambil sesekali bersendau-gurau sembari menunggu terdengarnya suara beduk dipukul dari Langgar dan Masjid.

Ketika beduk berbuka puasa terdengar, anak-anak muda ini masing-masing pulang ke rumah untuk buko. “Minum air putih, ngicip Ote-ote, kemudian lanjut ke Langgar atau Masjid, Sholat Mahgrib. Kan sudah pakai sarung?” cerita Sabrot.

Sekarang ini memang sudah jarang ditemui. Bahkan di kampung-kampung di Surabaya, anak-anak muda lebih memilih menunggu waktu berbuka puasa di plasa atau mall.

“Yaa itu bagian dari perkembangan zaman ini. Tapi kalau istilah Ngabuburit itu bukan dari Surabaya. Sekarang mungkin semua orang pakai istilah itu, untuk menunggu waktu berbuka puasa,” pungkas Sabrot D. Malioboro yang juga mantan Anggota DPRD Surabaya itu saat ditemui suarasurabaya.net, Selasa (23/6/2015).(tok/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Rabu, 8 Mei 2024
30o
Kurs