Rabu, 23 Juli 2025

Penulis Buku Membongkar Gurita Cikeas Berpulang

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
George Junus Aditjondro (tengah) saat bedah buku yang dia tulis berjudul Membongkar Gurita Cikeas. Foto: Antara

George Junus Aditjondro aktivis dan penulis buku kontroversial Membongkar Gurita Cikeas meninggal dunia pada usia 70 tahun di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (10/12/2016) pukul 04.45 WIB atau 05.45 WITA.

Andreas Harsono, jurnalis dan peneliti Human Right Watch (HRW) Indonesia, yang juga menjadi rekan dan mantan murid George Junus Aditjondro mendapatkan kabar duka tersebut pada pukul 05.00 WIB dari salah satu asisten almarhum yang berada di lokasi.

“Meninggal pagi ini waktu Palu. Dia dua hari lalu bangun pagi muntah lantas dibawa ke rumah sakit di Palu dan hari ini meninggal. George memang sudah kena stroke cukup lama, dia masuk rumah sakit di Yogyakarta dan sempat koma,” ujar Andreas Harsono seperti dilansir Antara, Sabtu pagi.

Andreas mengatakan, kepergian George yang pernah menjadi wartawan Tempo itu sangat mengejutkan karena mereka masih saling melakukan kontak pada Jumat (9/12/2016) kemarin untuk membicarakan acara seminar yang akan dihadiri Andreas pada pertengahan bulan ini.

“Terakhir kontak kemarin, dia susah ngomong jadi bicara lewat asisten yang meminta saya datang ke Palu pada tanggal 19 Desember,” katanya.

“Dia memang tidak ngomong langsung, bisa bicara tapi agak sulit, jadi bicara lewat Ferry (asistennya), intinya dia senang saya mau datang seminar. Saya juga tak menyangka dia meninggal hari ini,” ujar Andreas.

Andreas mengutarakan bahwa Indonesia akan kehilangan seorang tokoh cendekiawan yang rajin menulis tentang Indonesia. Menurut Andreas, George juga sosok kritis dan berani karena mengritik pemerintahan Soeharto dan menulis buku tentang korupsi berjudul Membongkar Gurita Cikeas.

“Dia cendekiawan dan penulis yang rajin. Dia aktivis yang mendirikan lebih dari 20 organisasi di seluruh Indonesia dari Pulau Jawa hingga Papua,” ujarnya.

“Dia seorang intelektual yang istimewa, karena sedikit bahkan tidak sampai lima jari kita bisa menghitung intelektual Indonesia yang pernah menulis berbagai macam daerah di Indonesia. Kebanyakan intelektual kita menulis tentang Pulau Jawa, tidak nasional,” pungkas Andreas. (ant/bid/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Rabu, 23 Juli 2025
25o
Kurs