Sabtu, 18 Oktober 2025

Akademisi Untag Ajak Masyarakat Jadikan Pemeriksaan Kesehatan Rutin Sebagai Gaya Hidup

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Supangat Wakil Rektor II Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Foto: Untag Surabaya

Supangat Wakil Rektor II Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menelaah pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin untuk memastikan tubuh tetap sehat.

Hal itu ia ungkapkan seiring dengan mencuatnya wacana Birthday Check-Up setiap momen ulang tahun, yang mulai banyak dibicarakan di berbagai kalangan.

Menurutnya, gagasan tersebut sederhana tapi kuat dan menjadikan hari ulang tahun sebagai momen refleksi sekaligus evaluasi kesehatan diri. Sehingga, setiap orang bisa memastikan tubuhnya tetap sehat untuk melangkah ke tahun berikutnya.

“Gagasan ini menarik karena mengajak masyarakat untuk lebih sadar menjaga kesehatan sejak dini, bukan hanya bertindak setelah sakit,” katanya, pada Jumat (17/10/2025).

Namun, dari sudut pandang akademisi, ia menilai bahwa penerapan konsep Birthday Check-Up di Indonesia masih perlu dikaji lebih mendalam, baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun perilaku masyarakat.

Ia memandang, sudah waktunya pemeriksaan kesehatan rutin menjadi bagian dari budaya hidup sehat. Menurutnya, kesadaran untuk memeriksakan diri secara rutin masih perlu dibangun, karena banyak orang yang baru datang ke fasilitas kesehatan ketika gejalanya sudah parah, bukan untuk mencegah sejak awal.

“Perubahan pola pikir dari ‘menyembuhkan’ menjadi ‘menjaga’ tidak bisa terjadi begitu saja. Di sinilah pendidikan kesehatan publik dan literasi digital memiliki peran penting. Kampus, sekolah, dan media dapat menjadi jembatan untuk menumbuhkan kebiasaan baru ini, dengan pendekatan yang lebih membumi dan sesuai dengan konteks sosial masyarakat Indonesia,” katanya.

Ia mengatakan bauwa keberlanjutan program kesehatan juga sangat bergantung pada efektivitas biaya. Dari sisi kebijakan publik, konsep seperti Birthday Check-Up perlu diuji efisiensi ekonominya, yakni apakah pemeriksaan tahunan untuk semua usia lebih efektif dibandingkan skrining berbasis risiko tertentu.

Dalam konteks nasional, pemerintah melalui program Quick Win Presiden Republik Indonesia, Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) tengah berupaya menghadirkan layanan kesehatan secara lebih luas dan merata. Program itu merupakan langkah menuju paradigma kesehatan baru yaitu dari berobat setelah sakit menjadi menjaga agar tidak sakit.

Namun, ia menegaskan bahwa efektivitasnya tetap perlu dikawal, termasuk agar daerah siap melayani peningkatan jumlah peserta pemeriksaan, dan memastikan data hasil pemeriksaan dikelola dengan baik untuk perencanaan kebijakan kesehatan selanjutnya.

“Ini penting agar program tidak hanya menjadi kegiatan seremonial, tetapi benar-benar memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat,” ucapnya.

Bagi masyarakat berpenghasilan terbatas, jata dia, biaya check-up tahunan bisa terasa berat, meskipun dalam jangka panjang sebenarnya bisa menghemat biaya pengobatan. Oleh karena itu, skema subsidi, asuransi, atau insentif pajak kesehatan menurutnya bisa menjadi solusi, jika dirancang dengan cermat agar tidak membebani sistem kesehatan nasional.

Menurutnya, perguruan tinggi, termasuk Untag Surabaya memiliki peluang besar untuk berperan sebagai mitra riset dalam memetakan perilaku masyarakat dan menilai efektivitas ekonomi dari pendekatan semacam itu. Kampus menurutnya bisa menjadi ruang bagi penelitian kebijakan yang berorientasi pada solusi nyata, berbasis data, dan relevan dengan kebutuhan publik.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa konsep seperti Birthday Check-Up sejalan dengan semangat digitalisasi dan smart healthcare. Dengan dukungan teknologi, pemeriksaan kesehatan rutin bisa menjadi lebih efisien dan terintegrasi, mulai dari pencatatan riwayat kesehatan digital, pengingat jadwal pemeriksaan, hingga analisis risiko berbasis data.

“Kita membayangkan masa depan di mana setiap warga memiliki health profile yang bisa diakses secara aman, sehingga pemeriksaan tahunan bukan lagi sekadar formalitas, melainkan bagian dari sistem kesehatan yang berkelanjutan dan berbasis bukti,” ucapnya.

Untuk menuju ke sana, kolaborasi lintas sektor menurutnya sangat dibutuhkan, yakni pemerintah sebagai pembuat kebijakan, tenaga medis sebagai pelaksana, perguruan tinggi sebagai penghasil riset dan inovasi, serta masyarakat sebagai pelaku utama perubahan perilaku sehat.

Pemerintah, kata dia, sudah mengambil langkah awal melalui program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG). Sehingga tantangannya saat ini, yakni bagaimana membuat masyarakat merasa memiliki program tersebut, serta menjadikannya kebiasaan yang berkelanjutan.

“Pada akhirnya, Birthday Check-Up bukan hanya tentang pemeriksaan kesehatan tahunan, tetapi tentang perubahan cara pandang terhadap hidup sehat. Jika setiap ulang tahun dijadikan momentum untuk mengevaluasi kondisi fisik dan mental, maka usia bukan lagi sekadar angka, melainkan cermin kualitas hidup yang terjaga,” pungkasnya.(ris/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Sabtu, 18 Oktober 2025
36o
Kurs