Sabtu, 18 Mei 2024

Tingkatkan Investasi, BI Dorong Transaksi Rupiah-Yuan

Laporan oleh Dodi Pradipta
Bagikan

Bank Indonesia (BI) terus mendorong transaksi langsung Rupiah-Yuan, selain untuk memperkuat cadangan devisa negara dalam jangka panjang juga semakin memaksimalkan kerja sama investasi dan perdagangan Indonesia-Tiongkok.

“Hubungan dan kerja sama Indonesia-Tiongkok, saat ini memasuki tahap sangat erat, kerja sama kedua negara semakin luas lingkupnya, terutama perdagangan dan investasi,” kata Agus Martowardoyo Gubernur BI di Shanghai, di sela-sela pertemuan Gubernur Bank Central G20 pada 26-27 Februari 2016.

Terkait itu, maka penerbitan L/C maupun deposit Yuan di Indonesia sudah dapat dilakukan. “Meski diakui, tingkat kepercayaan terhadap Yuan masih kecil, karena pengaruh Dolar AS yang masih mendominasi. Tetapi transaksi langsung dalam Rupiah-Yuan, sudah dapat dilakukan di tanah air, termasuk untuk L/C dan deposit,” katanya seperti dilansir Antara.

Dalam dialog dengan pengusaha Indonesia di Shanghai yang tergabung dalam Indonesia-China Chamber (Inacham), Agus mengatakan Yuan kini telah menjadi mata uang yang go international .

“Meski ada guncangan-guncangan kecil itu wajar, karena Tiongkok juga sedang belajar. Yuan biasa dikontrol oleh bank sentralnya, kini harus bisa bebas sesuai mekanisme sebagai mata uang yang go international,” kata Agus.

Gubernur BI mengatakan Pemerintah Tiongkok telah berkomitmen untuk menambah ketersediaan Yuan di Indonesia dari semula 100 miliar Yuan menjadi 125 miliar Yuan.

Dengan begitu, lanjut Agus, para pelaku usaha baik Indonesia dan Tiongkok, investor Indonesia maupun Tiongkok dapat melakukan transaksi secara langsung dalam Rupiah dan Yuan.

Sementara itu, Bambang Brodjonegoro Menteri Keuangan mengatakan Indonesia dan Tiongkok bersepakat untuk menandatangani perpanjangan kerja sama bilateral currency swap arrangement (BCSA), pada 2016.

“Kebetulan tahun ini, kesepakatan kerja samanya, selesai tahun ini. Dan saat ini sedang dibahas untuk perpanjangan kerja sama ini dan diharapkan selesai serta dapat ditandatandangi tahun ini,” ungkap Menkeu.

Bambang mengatakan meski perekenomian Tiongkok kini tengah mengalami pelambatan, namun masih ada peluang untuk memanfaatkan potensi ekonomi Tiongkok, antara lain investasinya.

“Kita maksimalkan Foreign Direct Invesment (FDI) Tiongkok ke Indonesia, tentunya untuk proyek-proyek yang menjadi prioritas bagi Indonesia seperti Infrastruktur dan manufaktur, yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi ekonomi kita,” kata Menkeu.

Pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 kali ini antara lain memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi global, investasi infrastruktur, kerja sama perpajakan global, program keuangan bagi lingkungan dan sebagainya.

Ekonomi global saat ini diwarnai dengan pelambatan ekonomi Tiongkok, sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar dunia, lemahnya harga komoditas, “perang” mata uang yang ditengarai akibat internasionalisasi RMB dan fenomena lainnya.(ant/dop/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya
Surabaya
Sabtu, 18 Mei 2024
26o
Kurs