Sabtu, 25 Mei 2024

Jatim Bisa Menjadi Hub Perdagangan Ekonomi Digital Indonesia

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Soekarwo Gubernur Jawa Timur. Foto: Faiz/Dok. suarasurabaya.net

Soekarwo Gubernur Jawa Timur mengatakan, revolusi industri 4.0 adalah keniscayaan. Perkembangan otomatisasi industri IT menjadi industri siber yang menghilangkan batas (borderless) dia akui harus diterapkan.

“Mau tidak mau, kita harus ke arah sana. Dunia ke arah sana. Maka Jatim, mulai 2016 menyiapkan sistem. Mematangkan online dulu sebelum siber,” ujarnya.

Bekerja sama dengan Prof Hariadi dari ITS, Pemprov Jatim membuat sistem berbasis website East Java Investment Super Coridor (EJISC) yang memuat semua informasi tentang potensi daerah di Jawa Timur secara daring.

Lalu tibalah 2018, kegiatan industri dan perdagangan 4.0 yang ditandai dengan hadirnya raksasa baru perusahaan yang mengusung platform yang juga baru, Tokopedia, Bukalapak, Go-Jek, serta Traveloka.

Ekonomi digital sudah tidak bisa ditolak lagi. “2018 ini, perdagangan bergelora. Kami (Jatim) juga membuat aplikasi marketplace, tapi tugasnya bukan transaksi. Tugasnya kerja sama dengan marketplace lain,” katanya.

Pakde Karwo mengatakan, saat ini aplikasi Pemprov Jatim itu sudah bekerja sama dengan sejumlah platform digital baik e-commerce maupun platform media massa daring.

Pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu mengatakan, tidak menutup kemungkinan Jatim bekerja sama dengan platform digital lainnya yang lebih luas.

Permintaan Pakde Karwo cuma satu, Industri Kecil Menengah (IKM) yang dilibatkan di dalam platform ini diulas dan diberi rating di setiap platform yang ada.

“Saya minta dirating, rating itu misalnya begini, sampeyan jualan kerupuk udang. Jualannya ke mana saja? Kapasitas produksinya berapa? Nah, itu semua ditampilkan, supaya nanti ditransfer ke Fintech supaya dapat modal,” katanya.

Pada 8 Oktober lalu, kata Pakde, Pemprov Jatim sudah melakukan langkah spesifik terkait dengan ekonomi digital. Namun, Pakde Karwo tidak ingin platform itu hanya menjadikan IKM di Jatim menjadi trader atau pedagang saja.

“Saya ingin ada proses produksi, misalnya jualan pisang, bagaimana supaya pisangnya ada terus sepanjang tahun. Supaya tidak terganggu bisnisnya. Nah, ini didatangkan dari daerah lain,” ujarnya.

Jatim membuka aplikasi itu untuk sumber bahan baku, supaya bahan baku terus tersedia. Kalau tidak ada, Jatim akan menurunkan tim riset dan pengembangan (R&D) untuk meneliti soal pasokan bahan baku.

Sifat aplikasi itu, kembali ditegaskan oleh Pakde Karwo, sebagai jembatan penghubung antardaerah terutama dalam hal proses produksi dan raw material (bahan baku utama).

Tidak ada sedikitpun, kata Pakde, tujuan dari pembuatan aplikasi itu untuk menyaingi platform para pelaku ekonomi digital yang sudah ada.

“Ya, pemerintah kemudian jangan bertengkar dengan rakyatnya untuk cari rezeki,” ujarnya.

Dengan aplikasi dan sistem database digital Jatim itu, Soekarwo mengatakan, dia ingin Jatim menjadi hub atau penghubung/pusat ekonomi digital Indonesia.

Saat ini, produk dari 400 ribu Industri Kecil Menengah di Jawa Timur sudah masuk dan terintegrasi di aplikasi kerja sama dengan para pelaku ekonomi digital yang sudah ada.

“Sasarannya 2 juta IKM. Seru ini, seru,” ujarnya.

Dia mengatakan, kalau memang memungkinkan Jatim bisa mendirikan gudang penyimpanan produk, tidak hanya di Surabaya, yang akan menyimpan produk tidak hanya dari Jawa Timur.

“Saat ini belum, tapi harus ke arah sana,” kata Pakde Karwo. (den/nin/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Surabaya
Sabtu, 25 Mei 2024
29o
Kurs