Sabtu, 20 April 2024

Mencegah Inflasi dengan Menanam Jagung

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Sumarjo Dirjen Tanaman Pangan Kementan ketika bertemu Khofifah Gubernur Jatim di Grahadi, Selasa (12/3/2019). Foto: Denza suarasurabaya.net

Sumarjo Gatot Irianto Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian berkunjung ke Gedung Negara Grahadi menemui Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur untuk membicarakan soal jagung, Senin (12/3/2019).

Dia datang atas undangan Khofifah, yang resah mendengar peternak ayam di Blitar kesulitan mencari jagung selama Juli-Desember 2018 lalu. “Karena jagung itu 50 persen bahan pakan ternak,” kata Khofifah usai pertemuan.

Dirjen Tanaman Pangan pun bersedia menyediakan benih jagung yang dibutuhkan oleh petani di Jawa Timur, asalkan para petani ini bisa menanam jagung itu mulai Maret ini, demi mengantisipasi kelangkaan jagung di Blitar terulang kembali.

“Malam nanti saya akan koordinasi dengan Bupati-Bupati di Madura dan LMDH di sana untuk memetakan berapa area yang bisa disiapkan tanam jagung. Jagung ini masa petik 90 hari, ditanam Maret, Juli sudah bisa panen,” ujar Khofifah.

Sumarjo menjelaskan, secara nasional kebutuhan jagung ini besar dengan penggunaannya yang juga beragam. Karena itu, kata dia, penanaman jagung perlu dilakukan sepanjang tahun meski dia mengakui Jatim selalu surplus jagung.

“Jatim memang surplus. Tapi, kan, harus menyanggah daerah lain yang minus. Kalau ketarik, harga (jagung) naik, produk hasil ternak (harganya,red) juga naik, ini mendorong inflasi,” katanya.

Secara nasional, produksi jagung sebenarnya juga surplus. Produksi jagung nasional pada 2018 lalu mencapai 31 juta ton. Tapi Sumarjo menegaskan, jumlah produksi jagung ini tidak bisa serta-merta dikatakan surplus.

“Surplus itu, total produksi nasional dikurangi konsumsi. Tapi, kan, ada kabupaten yang minus karena tidak nanam jagung cukup. Daerah sentral jagung pun, pas masih menanam, dia kan minus, karena belum menghasilkan,” ujarnya.

Karena itulah, dia akan menjaga betul agar Jatim sebagai lumbung jagung, bisa memproduksi jagung berlebih, sampai tumpah ruah, supaya produk turunannya seperti pakan ternak yang dibutuhkan peternak ayam di Blitar, berkembang terus.

Dia meminta Khofifah menggerakkan Bupati di Jawa Timur yang memiliki Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) agar segera menanam jagung selagi masih musim hujan.

“Selagi hujan, malah banjir, tanahnya basah, segera ditanam. Setelah ditanam, 100 hari panen, maka jagung akan tersuplai dengan baik,” ujarnya.

Dia membandingkan Jawa Timur dengan Kabupaten Bima di Nusa Tenggara Barat. Di sana, menurutnya, masyarakatnya bukan cuma menanam jagung, tapi membuat gunung jagung. Sebab, sepanjang berapa kilometer lahan pertanian, isinya jagung.

“Itu cornbelt-nya Amerika yang ada di sini. Jatim, saya kira, bisa lebih kuat,” katanya.

Dia menjamin, apapun yang dibutuhkan oleh Jawa Timur akan dia penuhi. Sebab, menurutnya, Jatim adalah rajanya jagung, rajanya ternak, rajanya padi, dan rajanya kedelai.

Selain jagung, kontribusi Jawa Timur untuk nasional ada di banyak hal. Pupuk nasional, misalnya, 20 persen ada di Jawa Timur. Itu pun, kata dia, masih kurang. Tidak hanya itu, luas sawah di Jawa Timur mencapai 1,1 juta hektare sawah.

“Jateng cuma punya 950 ribu hektare. Jabar lebih kecil lagi. Cuma, airnya Jatim yang tidak sebesar Jabar. Tapi, meski airnya kurang, rakyat Jatim rajin ngambil air di bawah tanah, sehingga bisa nanam dua tiga kali, ambil air sungai di Bengawan Solo,” katanya.

Pada kunjungannya kali ini, Sumarjo dan Khofifah yang telah menjalin pertemanan sejak Khofifah masih menjadi Menteri Sosial bersepakat memastikan bupati dan dinas-dinas di Jawa Timur bekerja lebih cepat.

“Tradisi selama ini, kan, bekerja itu mulai Oktober, November, Desember. Lho, Januari sampai September terus ngapain? Saya ingin Januari sampai April di-push, nanti kalau sudah selesai, kami ajukan kegiatan di periode berikutnya,” katanya.

Support yang dia lakukan di Jawa Timur ini, kata dia, bagian dari langkah manajemen stok jagung oleh Dirjen Tanaman Pangan mulai dari pascapanen, pengolahan, sampai penyimpanan. Ketika suplai jagung berlebihan, maka kelebihan itulah yang akan disimpan.

“Disimpan supaya harganya tidak anjlok. Kami tadi juga bicara mengenai pengering dengan Ibu (Khofifah),” katanya.(den/dwi/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 20 April 2024
34o
Kurs