Selasa, 18 Juni 2024

Bukan Ayam, Justru Singa Kuat dan Rusa Lemah yang Menginspirasi Owner Ayam Nelongso

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan

Ada dua hewan yang menjadi inspirasi hidup Nanang Suherman, owner Ayam Nelongso, yaitu singa kuat dan rusa yang lemah.

Keduanya, kata Nanang, tidak ada yang bisa memilih terlahir menjadi apa tapi yang dilakukan keduanya setiap hari berlari lebih cepat dari masing-masing.

“Singa harus berlari lebih cepat dari rusa agar bisa makan. Sebaliknya, rusa juga harus lebih cepat dari singa biar tidak dimangsa. Hidup sejatinya gak bisa memilih mau jadi singa kuat atau rusa lemah, kamu tidak bisa berlari maka kamu akan mati,” kata Nanang dalam program The Journey di Radio Suara Surabaya, Jumat (1/10/2021).

Ini yang kemudian mengilhami Nanang dalam perjalanan hidupnya membangun bisnis Ayam Nelongso yang dirintisnya sejak 2005 silam.

Sebelum sukses seperti sekarang, jatuh bangkrut hingga badan babak belur dihajar debt collector pernah dia alami.

Nanang yang terlahir sebagai anak tunggal dari keluarga miskin berjuang sekuat tenaga di Kota Malang dengan satu tekad waktu itu yaitu untuk mengangkat derajat hidup kedua orang tuanya.

Walau pun saat itu ibunya ragu melepas anak semata wayangnya tersebut untuk menuntut ilmu, meninggalkan kampung halamannya di Probolinggo.

Dia pernah berjualan koran, lalu bertumbuh hingga menjadi agen koran dengan empat karyawan. Kemudian tutup.

Lalu dia mencoba peruntungan menjadi sales komputer hingga sukses jadi distributor, itu juga tidak panjang umur.

Setelah itu Nanang kemudian banting setir menjadi makelar mobil. Ini juga tak awet, showroom mobilnya juga tutup.

Hingga dia mencoba menjadi penjual besi tua yang sukses sampai mempunyai pabrik pengolahan biji plastik dan ekspor. Ini juga harus tutup, bahkan menyisakan hutang di sana-sini.

Himpitan hutang datang menghampirinya tiap hari. Juru tagih tidak absen menghampirinya dari hari Senin sampai Minggu.

Ada juga yang datang menagih mingguan, bahkan bulanan. Ini, kata Nanang, membuatnya hampir tidak bisa bernafas.

“Hutang saya mulai dari hari Senin ada, Selasa ada, Rabu ada sampai Minggu juga ada, pagi sore. Ada yang nagih dua harian, mingguan, bulanan. Saya tidak bisa bernafas lagi,” ungkapnya.

Sampai pada titik yang merubah hidup Nanang itu tiba, saat debt collector datang ke rumahnya untuk menagih hutang yang membuat dia babak belur dihajar.

Debt collector datang ke rumah, tapi saat itu ada anak yang digendong istri. Saat itu udah mau marah saya bilang mohon maaf, saya tahu risiko yang saya hadapi saat ini. Tapi kalau bapak melakukan itu di depan istri dan anak saya yang masih kecil, saya lawan sekuat tenaga. Kalau tidak saya sampean yang mati. Tapi kalau risiko saya dihajar, ayo kita masuk ke kamar silakan lakukan apa yang anda inginkan,” kenangnya.

Saat dia keluar dari kamar, istrinya enggan menemuinya karena tidak kuat menahan tangis.

Namun anehnya, anaknya yang dijuluki ratu nangis, karena saking kencangnya suara tangisnya, tidak menangis keras malam itu. Dia hanya cegukan dan menitikkan air mata.

“Biasanya kamu nangis tapi kamu kenapa ini gak nangis nak?” Tanyanya waktu itu.

Kemudian dengan wajah lebam dia memeluk anaknya tersebut dan mengucap janji kalau kali itu adalah air mata terakhirnya.

Di titik itu pula dia pun memutuskan untuk kembali ke titik nol. Dia menyerahkan semua aset yang dimiliki, mulai dari rumah hingga kendaraan ke bank.

Akibat itu dia dan keluarga kecilnya sempat tidur di pom bensin selama dua minggu.

Hingga istrinya yang masih bekerja menerima gaji, dan uangnya digunakan untuk menyewa kontrakan. Sisa uang gaji istrinya sebesar Rp500.000 digunakannya untuk menyewa sebuah tempat usaha.

Dari sini sepertinya keberuntungan kembali berada di pihaknya. Sang pemilik tempat usaha menyilakan Nanang untuk menggunakan peralatan dan perlengkapan memasak dari penyewa sebelumnya untuk berdagang.

Kebetulan pula, penyewa sebelumnya membuka usaha warung makan yang kemudian menjadi pembuka perjalanan Nanang di Ayam Nelongso.

Pemilihan nama Ayam Nelongso pun dipikirkan Nanang dengan spontan. Saat itu, di pujasera tempat dia berjualan kebanyakan menjual nasi lalapan.

Untuk mengakali agar tidak sama dengan penjual lainnya, dia pun memilih berjualan sego sambel (nasi sambal), yang secara kasat mata hampir sama dengan nasi lalapan.

Nanang yang waktu itu berjualan nasi ceker dan sayap yang disiram kuah sambal, saat ditanyai oleh pemilik pujasera apa nama menunya menjawab “Nelongso.”

“Asal ngomong aja. Ini kan sayap sama ceker ibarat tangan sama kaki diambil, nelongso to rasane?” Ujarnya.

Nanang mengaku yang menguatkannya di titik terendah dalam hidupnya saat itu selain orang tua tentu saja istrinya.

“Saya ingat sempat ingin melamar kerja ngumpulin modal nanti balik usaha lagi. Istri melarang, dia bilang aku menikahi kamu karena aku percaya dengan potensimu, kamu punya visi, potensi, khayalan yang di mana karena itu aku mau menikah dengan kamu,” kata bapak enam orang anak ini.

“Kalau kamu bingung nyari inspirasi tidur aja. Anter aku kerja, tidur lagi gitu aja,” katanya.

Dalam naik turun kehidupan saat berbisnis pun dia selalu punya keyakinan untuk tumbuh. Dia pun akhirnya belajar, selama punya mindset tumbuh maka itu akan terjadi.

“Apapun itu bisnisnya kalau kita kemas dan lakukan dengan profesional dan punya mindset ke depan dan bertumbuh, pasti akan bertumbuh,” ujarnya.(dfn/den)

Berita Terkait

..
Surabaya
Selasa, 18 Juni 2024
27o
Kurs