Selasa, 21 Mei 2024

Kunjungan Kapal Pesiar Asing di Indonesia Meningkat Setiap Tahun

Laporan oleh Wakhid Muqodam
Bagikan
Rizki Handayani Direktur Promosi Konvensi, Insentif, Even, dan Minat Khusus Kementerian Pariwisata (tengah) bersama Djarwo Surjanto Dirut PT Pelindo III (kanan) saat melihat kerajinan wayang kulit di lantai 3 Terminal Gapura Surya Nusantara. Foto: Totok <

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kunjungan kapal pesiar asing ke Indonesia jumlahnya meningkat. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, pada tahun 2014 terdapat 350 kapal pesiar yang bersandar di pelabuhan nusantara. Kunjungan kapal terbanyak ialah di Tanjung Benoa Bali, menyusul pelabuhan Tanjung Emas Semarang, dan pelabuhan-pelabuhan di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Hal ini disampaikan Rizki Handayani Direktur Promosi Konvensi, Insentif, Even, dan Minat Khusus Kementerian Pariwisata kepada wartawan, Sabtu (29/11/2014) saat menghadiri penyambutan kedatangan kapal pesiar MV Seabourn Odissey di Terminal Gapura Surya Nusantara, Surabaya.

Rizki Handayani mengatakan, pada tahun 2013, jumlah destinasi wisata yang semula sebanyak 113 meningkat menjadi 135 titik pada 2014. Sementara untuk ship calls tahun 2013 sebanyak 309 lantas meningkat menjadi 395 ship calls pada tahun ini.

“Kalau dari sisi jumlah penumpang yang turun kapal tahun 2013 sebesar 159.579 orang. Tahun ini meningkat menjadi 216.660 orang,” kata Rizki kepada wartawan.

Pihaknya juga merinci, rata-rata para penumpang kapal pesiar mengabiskan uang sekitar USD 100-160 untuk berbelanja di titik persinggahan di pelabuhan yang ada di Indonesia. Itu dihitung dari jumlah penumpang yang turun dan mengambil paket tur, yang berkisar antara 50-70 persen. Untuk di Surabaya, hanya sekitar 30 persen saja yang memilih berkeliling di lokasi wisata terdekat.

“Sedangkan kalau di Bali, satu orang wisatawan itu bisa belanja USD 700,” kata dia.

Padahal, kata dia, Jawa Timur memiliki banyak ikon tujuan wisata yang tak asing di kancah internasional, seperti Karapan Sapi Madura, Gunung Bromo, Pegunungan Ijen, dan berbagai wisata budaya serta alam yang lain. “Seharusnya destinasi yang ada di Jatim ini mampu manarik jumlah lebih banyak wisatawan yang turun dari kapal dan mengunjungi destinasi tersebut,” ujarnya.

Rizki menilai, kenapa wisatawan di Bali lebih banyak yang turun dari kapal pesiar dibandingkan di Jawa Timur, karena pengemasan tempat-tempat wisata di Jawa Timur dirasa masih kurang menarik.

“Kami juga mendorong provinsi Jatim agar meningkatkan daya tarik destinasi wisata, sehingga wisatawan mau tinggal lebih lama. Sekarang tinggal bagaimana mengemasnya,” kata dia.

Dia mencontohkan kota Surabaya memiliki wisata sejarah yang menarik. Namun, dia menilai museum Tugu Pahlawan kurang berhasil memaksimalkan sisi sejarahnya. “Kontennya kurang berhasil memunculkan nuansa perjuangan,” ujarnya.

Begitu juga dengan pulau Madura. Karapan Sapi telah terkenal di kalangan wisatawan Eropa. Keberadaan jembatan Suramadu seharusnya mempermudah akses dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke sana. “Tinggal bagaimana mengemasnya, sehingga setiap kunjungan wisatawan bisa pas dengan even karapan sapi,” kata Rizki. (wak)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya
Surabaya
Selasa, 21 Mei 2024
26o
Kurs