Jumat, 3 Mei 2024
Hari Pendengaran Nasional

Deteksi Dini Pendengaran Bayi Masih Belum Dilakukan RS Bersalin

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Anak-anak dengan gangguan pendengaran tampil berjoget Penguin di Hari Pendengaran Nasional di Royal Plaza Surabaya, Sabtu (12/3/2016). Foto: Abidin suarasurabaya.net

Sri Gutomo Ketua Yayasan Aurica mengatakan, seharusnya di setiap rumah sakit bersalin diterapkan pemeriksaan gangguan pendengaran sejak dini pada bayi. Sehingga, setiap orang tua yang melahirkan memiliki pengetahuan apakah anaknya mengalami gangguan pendengaran atau tidak.

“Kalau segera diketahui, bisa mudah tertangani. Sebab, penanganan gangguan pendengaran di usia TK ke bawah, keberhasilannya sangat bagus. Kalau sudah mulai usia SD itu pembelajarannya lebih sulit,” ujarnya usai membuka acara hari pendengaran internasional di Royal Plaza Surabaya, Sabtu (12/3/2016).

Gutomo mengatakan, Rumah Sakit Bersalin di Surabaya belum menerapkan Hearing Screening yang bertujuan mendeteksi dini gangguan pendengaran pada anak. Padahal, untuk orang tua ini penting sebagai antisipasi penanganan perkembangan anak.

“Mestinya ini dilakukan di semua rumah sakit bersalin. Pemeriksaan bisa dilakukan sebelum ibu pulang dari RS. Pemeriksaan ini tidak lama, paling lama lima menit. Alatnya paling mahal hanya Rp60 juta. Itu kalau dibebankan orang tua sangat murah. Misalnya, dengan ditarik Rp25 ribu perorang untuk biaya pemeriksaan,” katanya.

Setelah dilakukan deteksi sejak dini, baru kemudian setelah tiga sampai empat bulan dilakukan pemeriksaan lebih lengkap. Sehingga ada penanganan tahapan perkembangan dengan tepat.

“Kita pernah menerima bayi usia sembilan hari kelahiran yang mengalami gangguan pendengaran. Kita menyiapkan orang tuanya jadi enak, terapinya juga tidak susah,” katanya.

Selain menerapkan Auditory Verbal Therapy Center (terapi pendengaran), Yayasan Aurica yang beralamatkan di Bendul Mrisi Utara Surabaya ini juga menjadi pusat kelompok bermain dan TK Inklusi.

Gutomo mengatakan, Aurica melakukan training pada guru-guru yang mengajar anak-anak berkebutuhan khusus ini.

“Kita membutuhkan guru minimal bahasa inggris bisa, kemampuan mendongeng, dia harus paham urutan perkembangan anak, dia harus paham gangguan pendengaran. Karena ada anak yang memiliki gangguan pendengaran plus autis, dan gangguan pendengaran plus gangguan mata,” katanya.(bid/dop/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
31o
Kurs