Jumat, 26 April 2024

Setan Jawa, Film Horor Artistik dari Garin Nugroho

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Salah satu adegan Setan Jawa. Foto: Official Setan Jawa

Setan Jawa bukan film horor biasa. Tidak ada penampakan makhluk gaib, atau jeritan aktor yang membuat penonton terkesiap, pun musik yang membuat bulu kuduk meremang.

Garin Nugroho sang sutradara menggantinya dengan film bisu berwarna hitam putih, terinspirasi dari film klasik seperti Nosferatu (1922) dan Metropolis (1927) yang diiringi langsung oleh orkestra.

Urusan musik pengiring Setan Jawa diserahkan kepada komposer Rahayu Supanggah yang bertugas membuat orkestra gamelan Jawa bersama para pengrawit andal.

Para pemain gamelan dan beberapa pesinden berlarasan mengisi musik sesuai adegan yang terpampang di layar lebar. Alunan gamelan yang syahdu sontak menjadi nuansa musik Bali yang rancak tiap kali adegan mistik yang melibatkan para setan muncul.

Panggah, nama panggilan komposer itu, baru menggarap musik setelah Garin menyelesaikan pengambilan gambar.

Berbekal pengalaman saat bekerja sama dengan sutradara itu di Opera Jawa, lansir Antara, ia memutuskan untuk bekerja belakangan agar tak perlu kerja dua kali.

Dulu saya disuruh bikin musik dulu untuk panduan tari. Pas jadi ternyata diedit sama Garin, jadi hancur musik saya, harus mengulang lagi, seloroh seniman yang mempopulerkan musik gamelan Jawa ke masyarakat dunia selama lebih dari empat dekade.

Mereka mempelajari skenario, kemudian berdiskusi untuk membuat musik yang cocok. Pengajar seni klasik di Australia yang telah tampil di berbagai belahan dunia itu tidak bekerja sendirian.

Para pengrawitnya juga komposer, jadi saling membantu.

Setan Jawa berkisah tentang cinta dan tragedi kemanusiaan dengan latar waktu awal abad ke-20, era di mana film bisu mulai bermunculan.

Ceritanya, pemuda desa miskin Setio (Heru Purwanto) jatuh cinta pada Asih (Asmara Abigail), putri bangsawan Jawa. Namun lamarannya ditolak lantaran ia tidak berharta.

Setio kemudian meminta bantuan kepada iblis lewat Pesugihan Kandang Bubrah agar bisa cepat kaya sehingga bisa melamar Asih.

Mereka akhirnya menikah dan hidup bahagia di rumah Jawa yang megah.

Pelaku pesugihan kandang bubrah harus selalu memperbaiki rumahnya karena utusan setan kerap datang merusak. Pada akhir hidupnya, pelaku pesugihan akan jadi tiang penyangga rumah untuk selamanya.

Asih mulai melihat kejanggalan gelagat sang suami bila berhubungan dengan rumah mereka. Kerusakan-kerusakan di rumah yang prosesnya tak lazim juga tak luput dari pengamatannya.

Hatinya hancur saat mengetahui suaminya terlibat pesugihan.

Asih menemui Setan Jawa (Luluk Ari) untuk meminta pengampunan agar sang kekasih tidak menjadi tiang penyangga rumah saat ajalnya tiba.

Namun setan itu kemudian jatuh cinta pada Asih. Setan berjanji mengampuni Setio asalkan Asih mau merelakan tubuhnya untuk dia.

Setan Jawa tak hanya bergentayangan di Indonesia. Tahun depan, tepatnya Februari, film ini tampil di Opening Night of Asia Pacific Triennial of Performing Arts di Melbourne, Australia.

Bila di Indonesia, iringan musiknya hanya gamelan, di Australia ada tambahan orkestra. Sekitar 20-25 pengrawit akan berkolaborasi dengan 150 pemusik orkestra.

Menurut Garin, sudah ada beberapa negara yang tertarik memboyong Setan Jawa, termasuk Singapura, Inggris dan Belanda.(ant/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
25o
Kurs