Jumat, 10 Mei 2024

Denmark Menilai Indonesia sebagai Mitra Kerja Sama yang Setara

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Kuliah Umum di ITS Surabaya menghadirkan Muhammad Ibnu Said, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Kerajaan Denmark. Foto: Humas ITS Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menggali potensi yang ada, terkait isu pengembangan energi terbarukan yang menjadi perbincangan hangat di Indonesia saat ini, melalui kuliah umum, Peluang dan Tantangan Penerapan Energi Terbarukan, Senin (4/12/2017).

Kuliah umum digelar di Ruang Sidang Utama Rektorat ITS, menghadirkan Muhammad Ibnu Said, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Kerajaan Denmark.

Dalam paparan awalnya, pria yang merangkap sebagai Duta Besar (Dubes) RI untuk Republik Lithuania ini mengatakan bahwa Denmark adalah negeri kecil dengan ambisi yang besar.

“Ambisi ini yang menjadikan Denmark sebagai negara yang modern, makmur, dan sejahtera. Saking sejahteranya, pendapatan per kapita penduduk Denmark bahkan mencapai 61,900 US Dollar,” kata Muhammad Ibnu Said.

Menurut Ibnu, Denmark merupakan negara yang sangat mudah menjalin kerja sama dengan negara lain. Hal tersebut dibuktikan dengan aktif berpartisipasi di berbagai organisasi internasional seperti PBB, NATO, European Union, dan sejumlah organisasi internasional lainnya.

Denmark sendiri, lanjut Ibnu, melihat Indonesia sebagai pihak yang menjanjikan untuk menjalin kerja sama. “Di mata pemerintah Denmark, Indonesia adalah pasar yang sangat potensial. Potensi tersebut meliputi berbagai aspek seperti perdagangan, investasi, dan pariwisata,” terang Ibnu.

Investasi yang dimaksud satu diantaranya mengenai pembangunan infrastruktur energi terbarukan. Hal tersebut, menurutnya, selaras dengan fokus riset yang ada di ITS yaitu energi terbarukan.

“Setahu saya ITS sudah punya riset di bidang energi terbarukan. Kuncinya adalah bagaimana membawa ITS untuk go international,” kata Ibnu.

Saat ini ada banyak kelebihan yang dimiliki Denmark menjadi sorotan dunia. Hal yang sangat ditonjolkan oleh negara Denmark ini adalah penerapan energi terbarukan dengan meggunakan sistem turbin angin.

“Denmark adalah negara yang menerapkan turbin angin terbaik dan menjadi panutan negara-negara yang ingin menerapkan turbin angin pula,” jelas Dr Ir Ali Musyafa MSc, Kepala Pusat Studi Energi ITS Surabaya selaku moderator.

Bahkan saat ini, tambah Ali, Indonesia memilih Denmark sebagai panutan dalam mengembangkan energi terbarukan dalam bentuk turbin angin yang saat ini juga sedang dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia.

Melihat adanya suatu prospek perkembangan energi terbarukan di Indonesia ke depannya, Denmark menilai Indonesia sebagai mitra kerja sama yang setara.

Ibnu menambahkan bahwa potensi kerja sama tersebut sesuai dengan kondisi geografis Indonesia sendiri. Konsumsi energi di Indonesia tumbuh lebih tinggi daripada pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) tahun lalu, yakni sekitar 5 persen, sementara pertumbuhan konsumsi energi hamper mencapai 6 persen.

“Permintaan energi tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan PDB, di mana hal ini jarang sekali ditemui di negara lain,” ujar Ali.

Adapun konsumsi energi terbesar Indonesia di tahun 2016 masih didominasi oleh minyak bumi 41 persen, batu bara 36 persen, dan gas 19 persen. Sementara produksi minyak di Indonesia hanya mampu mencukupi 55 persen dari kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Maka dari itu, lanjut Ibnu, terlihat tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar fosil saat ini masih cukup tinggi. Sehingga peralihan menuju sumber energi terbarukan menjadi solusi atas permasalahan ini.

Dengan potensi kekayaan alam yang berlimpah seperti sinar matahari, air dan 40 persen panas bumi dunia berasal dari Indonesia menjadikan acuan data ini sebagai hal yang tak terbantahkan untuk memulai pembangunan energi terbarukan di Indonesia.

Ibnu mengatakan, sebagai kampus paling inovatif di Indonesia, ITS harus dapat menjadi centre of excellence, setidaknya untuk wilayah Indonesia Timur. Apalagi saat ini ITS juga telah ditunjuk sebagai koordinator jaringan perguruan tinggi di wilayah Indonesia timur atau yang dikenal dengan Eastern Part of Indonesia University Networking (EPI-UNet).

“Tujuan tersebut dapat dirintis melalui pengembangan selaras dalam hal kompetensi, profesionalisme, dan inovasi,” pungkas Ibnu.(tok/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 10 Mei 2024
29o
Kurs