Jumat, 3 Mei 2024

Prihatin Penganiayaan Guru di Sampang, SD Muhammadiyah 2 Gelar Aksi Simpatik

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Guru dan murid SD Muhammadiyah 2 Surabaya menggelar aksi simpatik di depan sekolah, Jumat siang (2/2/2018). Foto: Anggi suarasurabaya.net

Seluruh guru dan murid SD Muhammadiyah 2 Surabaya menggelar aksi simpatik terkait kasus penganiayaan guru oleh seorang murid di Sampang, dengan tema “Guruku adalah Aku”. Aksi tersebut digelar di depan sekolah, Jumat siang (2/2/2018).

Choirotur Rosyidah Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 2 mengatakan aksi dilakukan sebagai bentuk penolakan tentang kekerasan yang terjadi di sekolah, baik murid kepada guru maupun sebaliknya.

“Menurut saya, dunia pendidikan merupakan tempat untuk mendidik akhlak anak-anak lebih baik, seperti bisa menghormati orang tuanya, bisa menghargai guru dan masyarakat. Jadi kalau kekerasan itu terjadi di sekolah, berarti pihak sekolah mengalami kegagalan dalam hal mendidik,” kata dia kepada suarasurabaya.net.

Selain sebagai bentuk penolakan, Choirotur juga mengatakan bahwa aksi tersebut sekaligus bentuk keprihatinan terkait kasus kekerasan yang sempat terjadi di Sampang.

“Kita juga turut prihatin dengan korban kekerasan yang di Sampang. Semoga ke depannya tidak terulang lagi di dunia pendidikan, baik itu di Indonesia maupun di dunia. Lewat aksi ini, kita menolak aksi kekerasan di sekolah, karena itu sangat mencoreng dunia pendidikan,” tegasnya.

Menanggapi kasus yang terjadi di Sampang, kata Choirotur, ada dua sisi yang perlu dikoreksi agar peristiwa tersebut tidak terulang lagi. Menurutnya, pihak guru harus bisa mengintropeksi diri, begitu juga dengan murid.

“Dari kejadian itu, kita seharusnya membuka mata. Jangan sampai ada kekerasan lagi di sekolah. Guru maupun murid perlu intropeksi diri. Pendidikan tidak hanya sekedar teori, tapi juga butuh contoh yang baik itu seperti apa,” kata dia.

Choirotur berharap ke depannya pemerintah bisa mengevaluasi serta memberikan edukasi kepada guru.

“Guru tidak hanya perlu dipenuhi secara administrasi, tapi juga perlu dibekali tambahan ilmu, misalnya pentingnya kasih sayang dan rasa ikhlas saat mendidik anak-anak,” kata dia.

Untuk menghindari kekerasan di sekolah, Choirotur menambahkan bahwa pihaknya akan melakukan pendekatan secara persuasif serta melakukan mediasi dengan keluarga murid.

“Karena apapun itu, murid adalah tanggung jawab guru,” pungkasnya.


Murid memberikan bunga kepada guru dan memeluknya.
Foto: Anggi suarasurabaya.net

Aksi simpatik tersebut diikuti oleh guru dan seluruh murid kelas satu hingga enam. Sambil membawa bunga dan kertas berisikan ucapan terima kasih guru, seluruh murid SD Muhammadyah 2 menyanyikan lagu “Terima Kasih Guru”, membaca puisi serta melakukan orasi. Kemudian murid-murid memberikan bunga kepada guru sambil memeluknya. (ang/ipg)

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
28o
Kurs