Kamis, 28 Maret 2024

Bamsoet: Hoaks Teror Demokrasi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Bambang Soesatyo Ketua DPR RI saat menjadi Keynote Speaker 'Melawan Hoax untuk Menciptakan Suasana Pemilu 2019 yang Aman, Damai dan Sejuk di Media Sosial', di Balai Kartini Jakarta, Kamis (28/3/2019). Foto: Faiz suarasurabaya.net

Bambang Soesatyo (Bamsoet) Ketua DPR RI menyerukan agar setiap pihak mengantisipasi dan memberantas berita bohong atau hoaks dan ujaran kebencian (hate speech). Dia khawatir semakin dekatnya pelaksanaan Pemilu (tinggal 20 hari lagi) membuat penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di media sosial semakin massif dan agresif.

“Berita bohong dan ujaran kebencian adalah teror bagi demokrasi. Tidak hanya di Indonesia, berbagai negara juga sedang menghadapi hal serupa. Agar bisa keluar dari serangan berita bohong dan ujaran kebencian, bangsa Indonesia harus meningkatkan literasi digital,” katanya saat menjadi Keynote Speaker ‘Melawan Hoax untuk Menciptakan Suasana Pemilu 2019 yang Aman, Damai dan Sejuk di Media Sosial’, di Balai Kartini Jakarta, Kamis (28/3/2019).‎

Dia mengingatkan, bangsa Indonesia tidak mudah mempercayai sebuah informasi yang diterima. Apalagi yang dibumbui kata-kata bombastis dan disajikan tanpa fakta dan data. Dia tegaskan ini dengan mengutip data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII).

Data APJII, pada tahun 2017 penggunaan internet di Indonesia sudah mencapai 50 persen dari jumlah penduduk di Indonesia, atau tepatnya 143,26 juta jiwa. Tidak heran jika hasil Survei Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) pada 2017 menyebutkan, 92,40 persen saluran penyebaran berita bohong dilakukan menggunakan media sosial, dengan 91,8 persennya adalah jenis hoaks yang berhubungan dengan sosial politik.

“Besarnya penetrasi internet terhadap rakyat Indonesia, ternyata malah disalahgunakan orang-orang yang ingin meraih kekuasaan dengan cara-cara merusak. Menyebarkan hoaks sama saja dengan menyulut api kebencian dan membuka jurang perpecahan bangsa. Tindakan seperti ini harus kita lawan bersama,” tegas Bamsoet.

Bamsoet menjelaskan, di bidang sosial politik, penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian seringkali digunakan sebagai black campaign untuk menyerang kandidat peserta Pemilu. Dari 10 hoaks yang beredar, 7 diantaranya terkait dengan Pemilu 2019.

“Kita masih ingat bagaimana hebohnya hoaks 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos, pendatang Cina diberi arahan KPU untuk mencoblos di TPS, jika menang Jokowi akan ganti Ma’ruf Amin dengan Ahok, larangan adzan dan pemakaian jilbab, serta berbagai kehebohan hoaks lainnya. Informasi sesat seperti ini hanya bisa dibuat oleh orang-orang yang tidak punya nurani,” jelas Bamsoet.

Karena itu, dia meminta semua komponen bangsa harus mampu mengambil peran untuk memberantas berita bohong dan ujaran kebencian. Jika dibiarkan, berita bohong dan ujaran kebencian akan menjadi wabah yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa, serta menghambat jalannya proses pembangunan.

“Selain harus aktif sebagai pemilih, kita juga harus dapat menjadi bagian dalam komunitas politik yang terbuka, obyektif, informatif dan edukatif. Terutama bagi kaum muda yang kaya akan kreativitas. Peran seluruh anak bangsa dalam menciptakan pelaksanaan Pemilu 2019 yang lancar dan damai sangat besar. Gunakan kreatifitas yang dimiliki untuk memberantas berita bohong dan ujaran kebencian,” pungkas Bamsoet. (faz/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 28 Maret 2024
26o
Kurs