Minggu, 19 Mei 2024

Omar Ishananto: Surabaya Sejak Dulu Penuh Keberagaman

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Dari kiri, Sabrot D. Malioboro, Omar Ishananto dan peserta diskusi di Balai Pemuda Surabaya dalam Forum Diskusi Jumatan. Foto: Totok suarasurabaya.net

Tidak hanya dikenal sebagai Kota Pahlawan, Surabaya ternyata sejak lama, sejak tahun 70an punya banyak cerita, terkait budaya serta aktivitas masyarakatnya. Kota Surabaya sejak lama memang penuh keberagaman.

Di tahun 80 an hingga memasuki 90 an, sejumlah tempat di Kota Surabaya perlahan tapi pasti mulai mengalami perubahan-perubahan. Kawasan-kawasan tertentu mulai dibangun berbagai sarana. Termasuk kehadiran mal dan plasa yang mulai dibangun di tahun 90 an.

“Tapi jangan salah. Bahwa sebelum pembangunan mal dan plasa yang menjadi tujuan sebagian besar masyarakat untuk berbelanja dan berwisata, di Surabaya penuh dengan berbagai tempat hiburan dengan segala bentuknya,” terang Omar Ishananto.

Omar yang memang pernah mengelola beberapa mal dan plasa di PT Pakuwon Jati selama hampir dua dekade menunjuk adanya tempat-tempat berkumpulnya warga masyarakat untuk bertemu dan bercengkerama, bertukar kabar dan cerita.

“Di ujung Jl. Arjuna ada sebuah tempat dimana masyarakat khususnya kaum laki-laki dewasa bertemu dan berkumpul. Mereka minum Tuak dilengkapi dengan Rujak Cingur. Obrolan di tempat itu bisa kemana-mana. Kadang ada juga Tayub,” papar Omar.

Tidak hanya disitu, Omar juga merujuk sebuah tempat di kawasan Jl. Teuku Umar, Surabaya yang sampai dengan sekitar tahun 90 an masih jadi jujugan banyak orang untuk bisa menikmati Tuak bersama dengan kawan dan relasi.

“Menyenangkan. Karena Tuak menjadi penghubung antara satu orang dengan orang lain untuk saling kenal. Di beberapa tempat lain di Kota Surabaya, budaya Tuak itu ada, dan menjadi tempat bertemunya banyak orang dari berbagai kalangan dan kawasan,” tambah Omar.

Seiring pergerakan kota yang semakin maju, tempat-tempat orang berkumpul sambil mencicipi Tuak di Kota Surabaya itu kemudian hilang. Dan pembangunan plasa dan mal serta pusat-pusat perbelanjaan di Kota Surabaya semakin bertambah.

Omar Ishananto hadir pada Forum Diskusi Jumatan, Jumat (28/6/2019) dengan tema: Surabaya Dulu, Kini dan Nanti, menjadi satu diantara nara sumber didampingi Sabrot D. Malioboro, di Balai Pemuda Surabaya.

Ditambahkan Sabrot, bahwa keberagaman Kota Surabaya memang sudah ada sejak lama, satu diantara identifikasi yang bisa dilihat adalah beragamnya suku yang ada dalam sebuah kampung atau masyarakat.

“Tetapi tetap rukun dan saling menghormati masing-masing. Ada Madura, Batak, Ambon, Papua, semuanya ada tapi tetap saling menjaga dan menghormati budaya serta kebiasaan masing-masing. Beragam memang Surabaya,” pungkas Sabrot yang juga sesepuh seniman Surabaya.(tok/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya
Surabaya
Minggu, 19 Mei 2024
31o
Kurs