Jumat, 19 April 2024

PSBB Terlalu Berat, Disbudpar Pastikan Penerapan Prokes di Destinasi Wisata

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Tri Bagus Sasmito Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim. Foto: Denza suarasurabaya.net

Tri Bagus Sasmito Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim mengakui, jika kembali ada penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hal itu berat bagi pelaku pariwisata.

“Kalau PSBB kembali diterapkan di wilayah kabupaten/kota per daerah, tentu dampaknya pasti seperti sebelumnya,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Senin (28/12/2020).

Jangankan PSBB, kata Bagus, Surat Edaran Gubernur Jatim soal Libur Natal dan Tahun Baru 2021 untuk usaha pariwisata saja sudah dirasa berat oleh para pengelola destinasi dan hotel.

SE Gubernur Jatim Nomor 800/23604/118.5/2020 tertanggal 21 Desember itu salah satunya mewajibkan tamu atau pengunjung bebas Covid-19 dengan tes antigen.

“Responsnya (atas kewajiban tes antigen) variatif. Ada teman hotel yang keberatan. Sama seperti membatasi pergerakan manusia. Ada yang menilai itu kewajiban,” ujarnya.

Menurut Bagus, tidak sedikit pengelola usaha pariwisata yang sadar bahwa penerapan syarat tes negatif rapid antigen itu tepat karena penyebarannya sudah terlalu tinggi dan cepat.

Sebelum libur Natal lalu Disbudpar Jatim berkooridnasi intens dengan pelaku usaha soal langkah antisipasinya. Disbudpar maksimalkan sosialisasi SE Gubernur tersebut.

“Kalau persiapan simulasi dan sebagainya sudah lama. Kami hanya sampaikan agar tidak kendor saja. Antigen jadi poin penting. Pengawasannya di kabupaten/kota, kami (Jatim) juga,” katanya.

Disbudpar Jatim, kata Bagus, juga akan melakukan pengetatan dengan pihak terkait. Namun soal pelaksanaan kebijakan sanksi penutupan, pihaknya harus berhati-hati.

“Mau tidak mau pengusaha harus menaati SE Gubernur. SE itu tidak punya niatan untuk mematahkan semangat pengusaha. Ini untuk memotong rantai penyebaran Covid-19,” katanya.

Penerapan syarat rapid test antigen itu juga supaya pengelola dan masyarakat sama-sama nyaman. Supaya tidak terjadi saling curiga antarpengunjung atau tamu.

“Kalau rapid ditaati, orang tidak saling curiga. Masak liburan malah curiga pada orang lain. Tidak muncul prasangka orang lain tidak dalam keadaan sehat,” ujarnya.(den/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 19 April 2024
26o
Kurs