Kamis, 28 Maret 2024

Satgas Covid-19 Ingatkan Pentingnya Kedisiplinan, Peran Ibu dan Masyarakat dalam Melawan Pandemi

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Doni Monardo Ketua Satgas Penanganan Covid-19 menjadi narasumber diskusi bertajuk Optimis Bangkit dari Pandemi: Kesehatan Pulih, Ekonomi Pulih bersama Komite Penanganan Covid-19, di Jakarta, Sabtu (15/8/2020). Foto: istimewa

Doni Monardo Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengatakan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan sangat diperlukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Satgas Covid-19 berupaya melakukan pendekatan kepada masyarakat supaya ada perubahan perilaku dari yang kurang disiplin menjadi lebih disiplin.

“Kalau kita bisa melakukan perilaku hanya dengan disiplin, disiplin dan disiplin serta patuh pada protokol kesehatan maka kita akan mampu memutus mata rantai penularan,” ujar Doni dalam diskusi bertajuk Optimis Bangkit dari Pandemi: Kesehatan Pulih, Ekonomi Bangkit bersama Komite Penanganan Covid-19, di Jakarta, Sabtu (15/8/2020).

Menurut Doni, perubahan perilaku disiplin protokol kesehatan akan menjadi kekuatan masyarakat, karena sampai hari ini belum ditemukan obat/vaksin khusus Covid-19.

Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu pun meminta masyarakat dengan penuh kesadaran menerapkan perubahan perilaku sampai ada vaksin.

“Ini menjadi kekuatan kita, karena sampai hari ini obat Covid-19 belum ada. Vaksin pun mungkin baru bisa efektif beberapa bulan ke depan. Sehingga ada banyak kejadian yang mungkin terjadi menjelang vaksin diberikan kepada masyarakat,” imbuhnya.

Terkait dengan perubahan perilaku, hal yang penting menurut Doni adalah menumbuhkan kesadaran kolektif dan peran dari seluruh komponen bangsa.

Dalam forum diskusi itu, Doni menekankan pentingnya peran kolaborasi pentaheliks berbasis komunitas untuk memberikan sosialisasi kepada seluruh aspek.

Di sisi lain, Doni mengatakan 63 persen keberhasilan dalam menangani Covid-19 melalui sosialisasi yang baik dan tepat sasaran kepada masyarakat. Sehingga, peran komunikasi publik menjadi hal yang sangat mendasar.

“Sekitar 63 persen keberhasilan kita dalam menangani Covid-19 adalah di bidang sosialisasi. Oleh karenanya peran komunikasi publik adalah hal yang sangat mendasar,” tegasnya.

Lebih lanjut, Doni menekankan pemahaman dan pengertian begitu berbahayanya Covid-19 karena proses seseorang terpapar virusnya dari orang lain.

Makanya, melalui fungsi edukasi, sosialisasi dan mitigasi ditambah tiga hal penting protokol kesehatan yaitu mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, memakai masker dan menjaga jarak harus diimplementasikan dengan baik.

“Harus senantiasa diingatkan. Kalau kita bisa melindungi diri sendiri, maka kita menjadi bagian dari pahlawan kemanusiaan. Karena kita bisa menyelamatkan jiwa manusia,” katanya

Masih dalam diskusi tersebut, Doni juga mengatakan upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat dapat dilakukan dengan mengoptimalkan peran para ibu.

“Ini sesuai arahan Presiden memanfaatkan ibu-ibu PKK,” ucap Doni.

Di samping itu, ibu dianggap sebagai figur yang dihormati dan dipatuhi oleh siapa saja. Sehingga Doni yakin kehadiran dan peran kaum ibu di tengah masyarakat akan menjadi kekuatan yang luar biasa.

“Ketika ibu-ibu, orang tua mau menyampaikan pesan tentang bagaimana melindungi diri dan lingkungan akan menjadi kekuatan bagi bangsa kita,” sebutnya.

Selain itu, Doni juga melihat pelibatan para pemuka agama, tokoh budaya dan orang-orang yang memiliki pengaruh di lingkungan masyarakat dapat memberikan dampak besar dalam penanganan Covid-19.

“Kita harus menjaga masyarakat yang sehat agar tetap sehat, yang kurang sehat harus kita pulihkan menjadi sehat dan yang sakit harus kita obati sampai sembuh,” jelas Doni.

Jenderal bintang tiga TNI AD itu menambahkan, kekuatan masyarakat bisa menjadi ujung tombak memerangi penyebaran dan penularan Covid-19.

Menurut Doni, dokter dan para tenaga medis lainnya harus menjadi benteng pertahanan yang terakhir. Artinya, masyarakat yang harus menjadi pelopor pencegahan penularan virus dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

“Kekuatan masyarakat harus menjadi ujung tombak. Sementara tenaga kesehatan, dokter dan perawat harus menjadi benteng terakhir. Jangan kita biarkan tenaga medis kita, dokter kita kehabisan tenaga dan kehilangan energi karena merawat pasien dengan jumlah yang cukup banyak. Kita tidak ingin lagi kehilangan pahlawan kemanusiaan,” pungkasnya.(rid/dfn/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 28 Maret 2024
27o
Kurs