Minggu, 5 Mei 2024

Biden Janjikan Bantuan Kemanusiaan dan Rekonstruksi untuk Gaza

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Joe Biden (kiri) saat menjabat sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat bersalaman dengan Mahmoud Abbas Presiden Palestina di Kota Ramallah Tepi Barat, Rabu (9/3/2016). Foto: Dok. Antara

Joe Biden Presiden Amerika Serikat (AS) menjanjikan bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi untuk Gaza saat dia memuji kesepakatan untuk mengakhiri 11 hari pertempuran antara Israel dan Hamas, yang menguji keterampilan negosiasinya, Kamis (20/5/2021).

Biden, yang muncul sebentar di Gedung Putih setelah berita tentang perjanjian gencatan senjata, juga berjanji untuk mengisi kembali sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel meski ada keluhan dari Partai Demokrat tentang penjualan senjata AS yang tertunda ke Israel.

Biden bilang, AS akan bekerja melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pemangku kepentingan internasional lainnya untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang cepat dan untuk mengumpulkan dukungan internasional bagi orang-orang di Gaza dan dalam upaya rekonstruksi Gaza.

Dia bersikeras, bantuan rekonstruksi itu akan diberikan dalam kemitraan dengan Otoritas Palestina dan bukan dengan Hamas, yang oleh Amerika Serikat disebut sebagai organisasi teroris.

Otoritas Palestina, yang dijalankan oleh Mahmoud Abbas seorang Presiden yang moderat, hanya mengatur sebagian dari Tepi Barat yang diduduki. Sementara, Hamas memegang kekuasaan di Jalur Gaza.

“Kami akan melakukan ini dalam kemitraan penuh dengan Otoritas Palestina – bukan Hamas – dengan cara yang tidak mengizinkan Hamas untuk mengisi kembali persenjataan militernya,” kata Biden seperti dikutip Antara, Jumat (21/5/2021).

Ned Price Juru bicara Departemen Luar Negeri AS bilang, Antony Blinken Menteri Luar Negeri akan melakukan perjalanan ke wilayah Timur Tengah beberapa hari mendatang untuk bertemu rekan-rekan Israel, Palestina, dan regional untuk membahas upaya pemulihan itu.

Tidak hanya itu, Blinken juga akan memulai “kerja sama untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi Israel dan Palestina.”

Perjanjian gencatan senjata itu menyusul aktivitas diplomatik yang intens selama berhari-hari yang memberikan ujian terhadap kemampuan Biden dan para pembantu keamanan nasionalnya untuk penyelesaian konflik yang bisa berubah menjadi perang berkepanjangan.

Selama negosiasi, Biden berbicara dengan dua pemimpin yang memiliki hubungan tegang dengannya – enam kali dengan Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel, termasuk dua kali pada Kamis, dan satu kali dengan Abel Fattah al-Sisi Presiden Mesir.

Baik Netanyahu dan Sisi dekat dengan Donald Trump. Biden menunggu berminggu-minggu untuk menelepon Netanyahu setelah menjabat sebagai presiden AS. Panggilan teleponnya dengan Sisi pada Kamis adalah pertama kalinya sejak dia menjabat pada Januari.

Mesir, yang memiliki perjanjian perdamaian dan hubungan diplomatik dengan Israel dan juga memelihara kontak dengan Hamas, secara tradisional memainkan peran kunci dalam memadamkan pertempuran Gaza.

Tidak adanya komunikasi langsung antara kedua presiden hingga saat ini telah secara luas dilihat sebagai penghinaan Sisi oleh pemerintahan baru yang telah memperjelas kekhawatirannya tentang catatan hak asasi manusia Mesir.

Tekanan

Ketika konflik dimulai, pemerintah berhati-hati untuk tidak membuat tuntutan publik kepada Israel karena khawatir Israel akan mengabaikan seruan AS dan memperpanjang konflik, kata sumber yang akrab dengan negosiasi di belakang layar.

Amerika Serikat mendapat kesan, lima atau enam hari yang lalu bahwa Israel bersiap untuk memulai fase penurunan setelah menghancurkan sebagian besar target Hamas yang telah ditetapkan untuk diserang, kata sumber itu.

Pada saat itu, pejabat senior AS dari Biden mulai menekan Israel lebih kuat untuk deeskalasi dan gencatan senjata, kata sumber itu.

Pada Kamis, Israel memberi isyarat kepada pejabat Biden kesiapan untuk gencatan senjata, kata sumber itu.

Amerika Serikat memberi tahu Mesir, yang memberi tahu Hamas.
Kelompok militan Islam kemudian memberi tahu Mesir tentang kesiapannya untuk gencatan senjata, dan Mesir memberi tahu Amerika Serikat.

Teman bicara utama Mesir adalah kepala intelijen Kairo, kata sumber itu.

Apakah gencatan senjata itu akan bertahan merupakan perhatian utama, dengan Amerika Serikat tidak memberikan jaminan apa pun mengingat kekhawatiran akan serangan roket yang lebih acak dan ketegangan lain antara Israel dan Palestina, kata sumber itu.(ant/iss)

Bagikan
Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Minggu, 5 Mei 2024
24o
Kurs