Kamis, 18 April 2024

IDI Dukung Tatap Muka di Pesantren

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan

Pembukaan pesantren di tengah pandemi Covid-19 bisa dilakukan dengan syarat para santri dan pengasuh, juga tenaga pendidik sudah divaksin dan protokol kesehatan diterapkan ketat.

Prof Zubairi Djoerban Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan, sudah ada 75 juta orang menerima vaksinasi dosis pertama hingga 15 September 2021.

“Kondisi membaik, tetapi tetap waspada. Silakan buka pesantren. Selama memenuhi Prokes,” kata Zubairi, dalam Istighotsah Nahdaltul Ulama dan Penguatan Informasi Covid-19 di Indonesia secara virtual, Kamis malam (16/9/2021).

Dia mengingatkan, orang dengan banyak komorbid atau penyakit penyerta justru semakin memerlukan vaksin. Vaksinasi hanya perlu ditunda selama kondisi tubuh belum memungkinkan.

“Silakan konsultasi ke fasilitas kesehatan. Siapa yang belum vaksinasi, secepatnya daftar. Karena semakin mudah. Prinsipnya, dalam kondisi pandemi, yang terbaik yang di dekat kita,” ujarnya.

Majelis Ulama Indonesia menegaskan kembali bahwa vaksin halal dan boleh dipakai. Mencegah penyebaran Covid-19 juga dinyatakan sebagai ibadah.

KH Cholil Nafis Ketua Bidang Dakwah MUI mengatakan, sangat jelas bahwa semua penyakit ada obatnya. Covid-19 pun tidak lepas dari hal itu. “Kita disuruh berobat,” ujarnya.

MUI telah meneliti 9 vaksin di Indonesia. Ada vaksin yang sudah dipastikan halal dan suci sejak proses awal sampai akhir. Tapi ada vaksin yang bersentuhan dengan zat haram dalam prosesnya.

Meski demikian, MUI berpendapat vaksin-vaksin itu tetap boleh digunakan. “Bukan diubah dari haram menjadi halal, melainkan dibolehkan (itu didasarkan pada kondisi darurat),” kata dia.

Vaksin yang dipastikan halal dari awal sampai akhir hanya bisa mencukupi sebagian kebutuhan vaksin. Karena itu, vaksin lain diperlukan untuk memenuhi target vaksinasi.

KH Cholil Nafis mengingatkan, Islam sangat menganjurkan menghindari bahaya. Bahkan, pencegahan penyebaran Covid-19 termasuk ibadah bagi muslim karena menghindari bahaya bagi lingkungan sekitarnya.

Seperti Zubairi, KH Cholil Nafis sepakat, pesantren perlu dibuka. Karena pesantren dan pengasuhnya diisolasi di suatu tempat. Mereka tidak berinteraksi dengan pihak di luar pesantren.

Sementara Makki Zamzami Ketua Satuan Tugas NU Peduli Covid-19 membenarkan, ada banyak kabar bohong atau hoax soal Covid-19. Bahkan, hoaks itu tersebar di sejumlah warga NU.

Satgas NU Peduli Covid-19 menjadikan pemberantasan hoaks sebagai salah satu program prioritas. “Apalagi, dulu di awal-awal informasinya masih berubah terus,” ujarnya.

Di Indonesia, 92 persen hoaks tersebar di media sosial, hingga 41 persen hoaks terkait kesehatan.

Meski demikian, kini semakin banyak warga NU sadar kesehatan dan bahaya Covid-19. Makki bilang, pesantren dan para pengasuhnya adalah salah satu yang aktif melawan Covid-19.(den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 18 April 2024
32o
Kurs