Jumat, 19 April 2024

Kecintaan kepada Indonesia Itu Fixed Cost, Enggak Bisa Kurang, Enggak Bisa Ditawar

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Akhyari Hananto Sociopreneur bercerita bagaimana dirinya melihat gairah para milenial saat ini yang terus menerus memunculkan hal-hal baru memalui berbagai platform berbasis internet.
(Foto: Totok suarasurabaya.net)

Seberapa besar ukuran kecintaan terhadap terhadap sesuatu? Bagaimana bila sesuatu itu Bangsa Indonesia, Tanah Air, tempat kita lahir, berpijak, dan terus berkarya? Akhyari Hananto Pendiri Good News From Indonesia (GNFI) menegaskan, kecintaan terhadap Bangsa Indonesia dalam diri seorang warga dia analogikan seperti biaya tetap. Kecintaan itu jadi biaya tetap dalam diri setiap orang yang tidak bisa berubah, apalagi ditawar.

“Pada dasarnya, kecintaan kita kepada bangsa indonesia tidak bisa ditawar. Fixed cost. Enggak bisa kurang, kadang malah over head cost (biaya yang terus bertambah). Tapi di sisi lain, kita perlu terus belajar. Kita seperti membangun rumah, tetap sadar kalau ada banyak pekerjaan rumah yang harus dikejar. Perlu melakukan benchmark,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Selasa (17/8/2021).

Dia kisahkan, dia pernah berkunjung ke sebuah negara di Asia Tenggara. Saat itu bertepatan dengan peringatan kemerdekaan. Akhyari melihat warga negara itu begitu bangga karena ada 16 suku bangsa dan etnis di sana.

“Terus saya mikir, 16 dibanding dengan 340 suku bangsa indonesia? Bahasa kita 714 jumlahnya. Terbanyak kedua di dunia. Di Pulau Alor, pulaunya kecil, setiap kecamatan bahasanya berbeda-beda. Belum lagi keragaman yang lain: Budaya, kuliner, musiknya juga beda. Bojonegoro dengan Madiun, kulinernya beda juga. Begitu beragamnya, sampai orang luar itu memuji kita sejak lama,” katanya.

Tapi menurutnya, ada yang keliru, kalau sampai bangsa Indonesia sendiri tidak bangga terhadap negaranya. Seharusnya, kata dia, teknologi memudahkan warga bangsa ini memupuk kebanggaan kepada negara. Seperti ditunjukkan oleh sebagian anak muda yang pernah dia temui di beberapa lokasi.

“Kita sudah lama tidak memulai bangga pada negara. Padahal kita terbantu dengan teknologi. Lagu-lagu Jawa sekarang mulai masuk ke Tiktok, Reels (Instagram). Hal yang tidak terjadi ketika teknologi belum muncul, dan menurut saya ini sangat menggembirakan. Saya bertemu dengan beberapa anak muda di Semarang, mereka punya start up, mereka mencari seniman lokal tradisional dan karya seninya mereka bantu jual melalui marketplace,” ujarnya.

Dia mengakui, Indonesia memiliki begitu banyak tantangan. Tapi di tengah itu semua, Indonesia tetap mencatatkan prestasi. Terutama untuk dunia digital. Menurut Akhyari, Indonesia merupakan negara peringkat dua di Asia Tenggara dengan startup terbanyak yang sudah pada tataran unicorn.

PR-nya, kata Akhyari, bagaimana masyarakat bias mengenal Bangsa Indonesia itu sendiri sehingga tumbuh kecintaannya terhadap negara ini. Pemupukan rasa kecintaan itu bisa dilakukan dengan berbagai hal. Bisa dengan cara-cara yang sangat menyenangkan sebagaimana yang telah dia lakukan.

“Kenapa kita enggak jalan-jalan ke Indonesia? Experience itu penting bagi anak-anak untuk bisa cinta Indonesia. Pada dasarnya, saat pandemi ini, ada banyak kesempatan eksplorasi. Tanpa dikomando anak-anak muda itu bahkan sudah eksplorasi ke timur,” katanya.

Eksplorasi itu penting, kata dia, terutama bagi anak-anak muda. Menurutnya, anak-anak muda perlu punya pemikiran kritis yang mumpuni supaya tidak terjebak dalam polarisasi yang berkembang akibat politik praktis yang ada di sekitar mereka. Salah satunya pasca-pemilihan Presiden dan Wakil Presiden beberapa waktu lalu.

“Ambil yang bagus dari kubu A dan Z. Sekarang, kan, enggak. Kalau sudah di kubu A, apa pun disanjung. Hal yang sama terjadi sebaliknya. Nah, yang diperlukan anak muda saat ini, mereka yang tereksplor di sosial media selama 3,5 jam sehari, setidaknya perlu dicuri 1 jam-nya saja, lalu disuplai terus dengan informasi yang inspirasional (tentang Indonesia). Maka dalam waktu tidak terlalu lama akan ada perubahan,” katanya. “Banjiri dengan konten positif, supaya melek dengan Indonesia. Eksplorasi.”(den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 19 April 2024
26o
Kurs