Selasa, 23 April 2024

Masker Senjata Utama Cegah Covid-19, Vaksin Benteng Kedua

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Prof. DR. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), Msi. Foto : Manda Roosa suarasurabaya.net

Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), Msi. Anggota Komite Penasihat Ahli Indonesian, Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) mengatakan, vaksin bukan satu-satunya perlindungan utama.

“Yang jadi perlindungan utama adalah, virus jangan masuk ke tubuh kita, ke anak-anak kita atau keluarga,” ujarnya dalam Dialog Produktif Semangat Selasa Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) yang bertema “Kesiapan Hidup Berdampingan Dengan Covid-19”, Selasa (7/9/2021).

Pilihan terbaik bagi masyarakat saat ini,  adalah tetap berdisiplin dan membiasakan diri dengan protokol kesehatan sebagai jalan menuju tatanan kehidupan baru.

“Virus itu akan ada terus sepanjang masa, entah sampai kapan, yang penting sekarang kalau kita tidak ingin ada gelombang di bulan Oktober di masyarakat, mulai dari kita sendiri untuk melindungi keluarga, anak kita, supaya jangan memasukkan virus ke dalam tubuh,” jelasnya

Karena virus ada dimana-mana, dan mengincar tubuh manusia, ada beberapa langkah yang harus diambil yaitu, cuci tangan, pakai masker, menutup rapat, hidung, mulut, dagu dan pipi.

“Pada saat itu yang memakai masker akan terlindung dari virus, mau varian apapun tidak akan bisa masuk. Oleh karena itu masker jangan longgar, jangan melorot, karena itu yang utama,” tegasnya.

Kalaupun sedang beraktifitas di luar kantor masker tidak boleh lepas sama sekali, misalnya saat berada di kendaraan umum, kantor, lalu asik mengobrol. Masker nenjata utama cegah Covid-19, sedangkan vaksin benteng kedua. “Penelitian di Melbourne, dalam 10 detik saja masker kita melorot, varian delta akan masuk,” urainya.

Ia pun menganjurkan, terutama bagi yang sering ke luar rumah, di rumah harus tetap menggunakan masker. “Meski sudah mandi, cuci rambut, ganti baju, tapi kalau virusnya sudah terlanjur masuk ke saluran napas kita, saat mengobrol lalu droplet, bisa menularkan ke anak-anak kita. Jadi sebaiknya, di rumah tetap pakai masker,” tegasnya.

Soal tidak nyaman dan pengap, Prof. Soedjatmiko menegaskan, tidak masalah. Sebab di kehidupan baru, harus siap hidup berdampingan dengan virus corona.

Hal kedua yang tak kalah penting, adalah vaksin. Sebab vaksin akan sangat berguna, kalau virusnya terlanjur lolos pada waktu tak sengaja makan, ngobrol, lalu masker melorot meski sebentar saja, virus itu akan masuk, maka vaksin akan merangsang kekebalan tubuh dan akan menyerap virus.

“Penelitian di China dan Thailand, masker itu hanya melindungi 77-79 persen, sedangkan vaksin melindungi 65-95 persen, tapi sangat tergantung banyaknya virus dan varian virus. Jadi walaupun sudah divaksin tetap pakai masker, menutup rapat, hidung, mulut, pipi dan dagu, sehingga mencegah virus masuk, kalau sudah terlanjur masuk akan dihadang vaksin, sebab vaksin adalah benteng kedua,” paparnya.

Mengenai siapa saja yang harus divaksin, kata Profesor Soedjatmiko, semua orang yang berisiko. Tapi yang jadi prioritas para lansia. “Saya anjurkan semua lansia dan semua orang dewasa, harus divaksin kalau ada komorbit tidak apa- apa asal stabil,” kata Profesor Soedjatmiko.(man/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 23 April 2024
30o
Kurs