Sabtu, 20 April 2024

Psikolog: Penanaman Pendidikan Karakter untuk Pelajar Surabaya Harus Menyenangkan

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Sekolah Dasar Negeri (SDN) akan membuka pendaftaran jalur zonasi mulai Selasa (7/6/2022). Foto: Diskominfo Kota Surabaya

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berencana menerapkan dua jam pendidikan karakter, untuk membentuk karakter pelajar di Surabaya.

Yusuf Masruh Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengatakan, pendidikan karakter di seluruh SD dan SMP di Kota Surabaya mulai November 2022 akan dilaksanakan setelah proses pembelajaran efektif.

“Setelah jam mata pelajaran di sekolah sampai jam 12, baru setelahnya nanti dua jamnya itu pendidikan karakter mungkin ekstrakurikuler, ada yang belajar ngaji, mungkin ada paduan suara, ada yang hadrah, ada yang lingkungan,” ujarnya saat berbincang dalam program Wawasan di Radio Suara Surabaya, Selasa (11/10/2022).

Dia menjelaskan saat ini pihak Dinas Pendidikan Kota Surabaya tengah mengkaji panduan pelaksaanaan terkait program pendidikan karakter tersebut.

Sementara Asteria R Saroinsong, S.Psi., Psikolog Perkembangan Anak, Keluarga dan Pengembangan diri mengatakan, penerapan pendidikan karakter di SD dan SMP harus menggunakan metode yang menyenangkan.

“Karena menurut saya kalau pendidikan karakter itu bukan pendidikan seperti pelajaran formal. Tetapi membangkitkan kesadaran anak itu tidak bisa dengan 1+1=2, jadi perlu metode yang menyenangkan untuk anak-anak kita,” katanya.

Dia menjelaskan terdapat dua hal yang harus diimplementasikan dalam pendidikan karakter tersebut. Pertama, adanya contoh nyata atau teladan dari pendidikan karakter yang berasal dari pihak pendidik dan warga sekolah.

“Kedua harus holistik, artinya di sini kalau kita melihat sinergi 3 pusat pendidikan ya, sekolah, keluarga dan masyarakat. Kalau sekarang sekolah menerapkan pendidikan karakter, hendaknya tidak berhenti disekolah saja dengan anak, tetapi bisa dilakukan komunikasi dengan orang tua, melalui grup WhatsApp orang tua misalnya, atau ada pertemuan rutin, nah ini juga perlu disampaikan dengan orang tua. Sehingga pendidikan karakter di sekolah itu juga didapat anak ketika kembali ke rumah. Orang tua punya konsep yang sama dengan sekolah paling tidak,” jelasnya.

Sedangkan metode yang menyenangkan, lanjut Asteria, dapat dilakukan dengan banyak mengobrol bersama.

“Kalau metode yang menyenangkan saya berpikir kita harus banyak ngobrol ya dari teman-teman pendidik. Karena saya yakin para pendidik tersebut sudah belajar, bagaimana sih secara pedagogignya, secara psikologi anak juga bagaimana membangun metode yang menyenangkan,” tuturnya.

Selain itu, metode yang menyenangkan bisa dilihat dari kepentingan anak. Misalnya saat anak sudah belajar dari pagi sampai siang di kelas, mungkin pendidikan karakternya bisa dengan membuat proyek. Anak-anak bisa bekerja sama dengan temannya.

“Bahkan sebenarnya kalau memang dizinkan mungkin mereka bisa bikin nih tentang kebaikan-kebaikan kalau di pendidikan karakter kan berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan. Kebaikan apa sih yang menurut mereka bagus disekitar mereka. Nah dari situ mereka bisa menggunakan media sosial mereka atau menggunakan media sosial sekolah, mereka yang membuat kontennya, menyebarkan banyak kebaikan sebetulnya,” kata Asteria.

Asteria berharap program pendidikan karakter ini bisa berjalan secara berkelanjutan dengan melibatkan peran orang tua dan lingkungan masyarakat.

“Dan jangan lupa untuk konsistensi artinya konsistensi dalam menjalankan pengaturan kemudian pembiasaan. Satu hal lagi yang perlu dibangun yaitu emotional bonding,” pungkasnya.(gat/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 20 April 2024
31o
Kurs