Sabtu, 11 Mei 2024

Jeda Kemanusiaan Gagal Diperpanjang, Israel Kembali Bombardir Gaza

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Seorang warga berdiri di antara reruntuhan bangunan-bangunan yang hancur akibat serangan Israel di Kota Khan Younis di Jalur Gaza bagian selatan pada Minggu (12/11/2023). Foto: Antara Seorang warga berdiri di antara reruntuhan bangunan-bangunan yang hancur akibat serangan Israel di Kota Khan Younis di Jalur Gaza bagian selatan. Foto: Antara

Jet-jet tempur Israel kembali membombardir Gaza pada, Jumat (1/12/2023), setelah negosiasi perpanjangan jeda kemanusiaan yang telah berlangsung sepekan, menemui jalan buntu.

Dilansir Antara dari kantor berita Reuters, daerah timur Khan Younis di Gaza selatan dibombardir habis-habisan oleh Israel ketika jeda berakhir setelah fajar dengan kepulan asap menjulang ke langit. Warga mengungsi ke arah barat sambil membawa barang-barang di atas kereta dorong.

Di Gaza utara, yang sebelumnya menjadi target utama serangan Israel, asap tebal membumbung di atas reruntuhan bangunan, yang bisa terlihat dari Israel. Suara tembakan dan ledakan juga terdengar.

Sirene berbunyi di Israel selatan ketika milisi menembakkan roket ke arah kota-kota di sana. Di front pertempuran lainnya, kelompok Hizbullah Lebanon mengeklaim telah menembaki pasukan Israel untuk mendukung Palestina di perbatasan utara.

Israel dan Hamas sebelumnya saling tuding atas kegagalan negosiasi tersebut. Di sisi lain, Pemerintah Amerika Serikat (AS) menuduh kelompok perlawanan Palestina itu tidak bisa memberikan daftar baru para sandera untuk dilepaskan, sebagai syarat perpanjangan jeda kemanusiaan.

PBB sendiri mengatakan bahwa perang yang kembali meletus akan memperburuk krisis kemanusiaan ekstrem di wilayah kantung Palestina itu.

“Neraka dunia telah kembali ke Gaza,” kata Jens Laerke, juru bicara kantor kemanusiaan PBB di Jenewa.

Beberapa jam setelah jeda berakhir, otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa 109 orang meninggal dan puluhan lainnya terluka akibat serangan udara Israel.

Militer Israel mengatakan bahwa pasukan darat, udara, dan lautnya telah menyerang lebih dari 200 sasaran di Gaza sejak Jumat pagi.

“Pagi ini, seperti yang dijanjikan, kami melanjutkan serangan,” kata Benny Gantz mantan Menteri Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan.

Gantz, yang bergabung dengan pemerintah darurat PM Benjamin Netanyahu bulan lalu, mengatakan bahwa Israel telah menghabiskan sepekan terakhir untuk merencanakan operasi militer yang lebih luas.

Sejumlah petugas medis dan saksi mengatakan, bahwa pengeboman paling intensif terjadi di Khan Younis dan Rafah di Gaza selatan. Ratusan ribu warga Gaza mengungsi dari utara. Rumah-rumah di wilayah tengah dan utara juga terkena serangan.

Lebih ke selatan di Rafah, warga menggendong beberapa anak kecil yang mengalami luka parah dan tertutupi debu, keluar dari sebuah rumah yang terkena serangan Israel.

Mohammed Abu-Elneen, anak pemilik rumah, mengatakan bahwa rumah itu menjadi tempat berlindung warga yang mengungsi dari tempat lain.

Di rumah sakit terdekat, Abu Yousef al-Najjar, korban luka-luka pertama yang dirawat adalah sejumlah pria dan bocah laki-laki.

Warga Gaza mengaku khawatir pengeboman di Gaza selatan bisa menjadi awal merembetnya perang ke daerah-daerah yang sebelumnya disebut Israel sebagai tempat aman.

Selebaran yang disebarkan Israel di daerah timur Khan Younis memerintahkan warga di empat kawasan untuk mengungsi, bukan ke daerah lain di Khan Younis seperti sebelumnya, melainkan lebih ke selatan ke Kota Rafah yang sesak di perbatasan Mesir.

“Kalian harus mengungsi segera dan pergi ke tempat perlindungan di daerah Rafah. Khan Younis adalah zona pertempuran berbahaya. Kalian telah diperingatkan,” demikian bunyi tulisan berbahasa Arab pada selebaran itu.

Israel merilis tautan ke peta yang menunjukkan bahwa Gaza dibagi menjadi ratusan distrik, yang menurut mereka akan digunakan untuk menunjukkan daerah mana saja yang aman.

Kedua pihak yang berkonflik saling menyalahkan atas kegagalan perpanjangan jeda kemanusiaan itu sehingga pertukaran warga Israel yang disandera dan warga Palestina yang ditahan tidak bisa dilanjutkan.

Jeda yang dimulai pada tanggal 24 November itu telah diperpanjang dua kali. Israel mengatakan bahwa jeda akan diteruskan jika Hamas membebaskan 10 orang sandera setiap hari.

Namun, setelah sepekan jeda berlangsung, para perunding menemui jalan buntu pada menit-menit akhir ketika mencari formula untuk membebaskan lebih banyak sandera.

Israel menuduh Hamas menolak membebaskan semua perempuan yang disandera. Seorang pejabat Palestina mengatakan bahwa kegagalan dipicu perbedaan tentang tentara wanita Israel.

Qatar, yang berperan sentral dalam upaya mediasi, mengatakan bahwa upaya negosiasi untuk memulihkan jeda kemanusiaan masih berlangsung. Namun, serangan Israel ke Gaza telah menyulitkan upaya itu.

Pemerintah AS menegaskan bahwa mereka terus berupaya memperpanjang jeda kemanusiaan di Gaza dengan Joe Biden Presiden akan terus terlibat secara intens dalam upaya membebaskan sandera.

Israel sebelumnya bersumpah untuk melenyapkan Hamas sebagai balasan terhadap serangan kelompok itu pada tanggal 7 Oktober, yang menurut Israel telah merengut 1.200 korban jiwa dan 240 lainnya tersandera

Otoritas kesehatan Palestina menyebutkan lebih dari 15.000 warga Gaza telah meninggal, sedangkan ribuan lainnya hilang dan diduga terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.

PBB mengungkapkan hingga 80 persen dari 2,3 juta jiwa penduduk Gaza telah terusir dari rumah mereka dan tidak bisa keluar dari wilayah yang sempit itu. Banyak dari mereka yang terpaksa tidur di tempat-tempat penampungan darurat yang apa adanya. (ant/bil/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Sabtu, 11 Mei 2024
29o
Kurs