Kamis, 18 April 2024

Mahasiswa Unesa dan Malaysia Kuatkan Moderasi Beragama Lewat Student Partnership

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Student Partneship antara Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Sultan Zainal Abidin (Unisza) bertema “Penguatan Moderasi Beragama Siswa dalam Bingkai Kebinekaan”, Selasa, (21/2/2023). Foto: Unesa

Sebanyak 40 mahasiswa Universitas Sultan Zainal Abidin (Unisza), Malaysia mendatangi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dalam rangka student partnership, Selasa (21/2/2023).

Salah satu kegiatan dalam dalam program tersebut ialah International Community Service, yakni kegiatan pengabdian masyarakat oleh mahasiswa Indonesia dan Malaysia.

Kegiatan bertemakan “Penguatan Moderasi Beragama Siswa dalam Bingkai Kebhinekaan” ini dilakukan di dua tempat yang berbeda yaitu Pondok Pesantren Nur Alannur dan SMAN 8 Surabaya. Dipandu masing-masing oleh Rahmanu Wijaya dan Astrid Amidiaputri Hasyyati dari UNESA.

Acara ini dikemas dalam bentuk penyampaian materi moderasi beragama dan jiwa kebangsaan serta ada juga focus group discussion (FGD).

Ali Usman Wakil Kepala SMAN 8 Surabaya, mengapresiasi kegiatan ini sebagai langkah positif kolaborasi kebudayaan antarbangsa. Dengan adanya International Community Service itu, mereka mendapatkan hal baru seputar sinergi dan kolaborasi budaya Indonesia dan Malaysia.

“Poin positifnya lebih bisa menghargai, melaksanakan toleransi, dan tidak menganggap Malaysia sebagai musuh tapi saudara satu rumpun, harapan besar kegiatan yang seperti ini dapat tetap berlangsung kedepannya,” ucapnya.

Potret salah satu kegiatan Student Partneship antara Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Sultan Zainal Abidin (Unisza), Selasa, (21/2/2023). Foto: Unesa

Moderasi beragama memiliki makna bersikap seimbang terhadap prinsip beragama dan kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Setiap individu harus menerapkan moderasi beragama agar dapat memiliki rasa toleransi satu sama lain dan mampu menangkal pengaruh radikalisme-ekstremisme.

“Intinya kita harus menanamkan sifat toleransi satu sama lain,” kata Dimas Almahdi mahasiswa Unesa

Hal yang sama disampaikan Nurin Anis mahasiswa Unisza. Baginya, ekstrimis membawa kerugian, karena di setiap agama mengajarkan moderasi dan membebaskan setiap orang untuk memilih kepercayaan mereka.

“Sekarang eranya sinergi dan membangun rasa persaudaraan yang kuat. Itu yang bisa kita sharing dengan para siswa lewat kegiatan ini,” kata Nurin Anis.

Kegiatan ini mendapat respons positif dari para siswa dua sekolah tersebut. Tajudin, siswa SMAN 8 Surabaya mengatakan bahwa lewat kegiatan ini dia dan teman-temannya bisa mengenal lebih dekat budaya negara tetangga lewat komunikasi yang dibangun dengan mahasiswa Unisza dalam kegiatan itu.

“Saya bisa belajar dan dapat pengalaman termasuk cara komunikasi dan bisa dapat cerita seputar budaya Malaysia tentang toleransi dan kebangsaan yang perlu dimiliki dan dibiasakan sejak kecil dan dari hal-hal sederhana,” ujarnya.(ihz/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 18 April 2024
29o
Kurs