Senin, 29 April 2024

Menkes: Presiden Minta Tempat Karantina Khusus Penderita TBC

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan RI dalam konferensi pers bersama pihak RSCM di Jakarta, Jumat (14/7/2023). Foto: Antara

Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan mengatakan, Joko Widodo Presiden RI memberikan arahan untuk menyiapkan sebuah tempat karantina khusus penderita Tuberkulosis (TBC) selama dua bulan, guna mencegah penularan penyakit tersebut.

“Arahan Presiden coba disiapkan tempat karantina khusus, tetapi kalau bisa dekat dengan masing-masing lokasi di mana terjadi tuberculosis ini. Jadi, selama dua bulan dia tidak menulari keluarganya, dimasukkan ke karantina khusus,” ujar Budi di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (18/7/2023), dilansir Antara.

Dia mengatakan, karantina diperlukan karena obat untuk penderita TBC baru bisa bereaksi dalam dua bulan. Presiden juga meminta Menkes untuk bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam menyiapkan tempat karantina itu.

“Saya disuruh kerja sama dengan PUPR di bawah koordinasi Menko PMK agar TBC tidak menular dan diberikan obat dipastikan dua bulan dia (penderita) minum obat terus,” ujarnya.

Budi menambahkan, bahwa akan ada vaksinasi bagi masyarakat untuk mencegah penyakit TBC. Sebelumnya, ujar Budi, Indonesia sudah memberikan vaksin Bacille Calmette-Guérin (BCG) kepada anak-anak untuk mencegah TBC, namun efektivitasnya hanya 50 persen.

“Vaksin BCG yang kita dulu kecil dikasih itu efektivitasnya rendah sekitar 50 persenan. Sekarang Indonesia sudah berpartisipasi aktif dengan organisasi dunia, sudah ada tiga potensi vaksin baru yang akan segera kita coba datangkan,” terangnya.

Dia menjelaskan, negara peringkat pertama dengan jumlah penderita TBC terbanyak adalah India, peringkat kedua Indonesia dan peringkat ketiga China. Menurutnya, kematian akibat TBC per tahun sebanyak 200.000 jiwa lebih, atau lebih tinggi dari kematian akibat COVID-19.

“Di Indonesia diestimasi setiap tahun ada 969.000 warga kita yang terkena TBC dan sampai sebelum COVID-19 paling banyak yang bisa teridentifikasi 545.000 jiwa. Jadi, sisanya itu 400.000 jiwa tidak terdeteksi, padahal penyakit ini menular bisa ke mana-mana,” pungkas Budi. (ant/fra/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
32o
Kurs