Sabtu, 27 April 2024

Penelitian Ungkap Fenomena El Nino Bisa Sebabkan Antarktika Mencair

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Dokumen foto satelit El Nino yang ditandai pemanasan suhu yang tidak biasa di kawasan khatulistiwa Pasifik. Foto: repro NOAA

Sebuah hasil penelitian Australia memperingatkan peristiwa El Nino yang lebih kuat di masa depan dapat menyebabkan mencairnya lempengan dan lapisan es yang tidak dipulihkan di Antarktika.

Melansir laporan Antara mengutip Xinhua, Rabu (22/2/2023), El Nino sendiri merupakan fase yang lebih hangat dari Osilasi Selatan El Nino (El Nino Southern Oscillation/ENSO) yang terjadi di atas Samudra Pasifik timur tropis, dan dengan fase yang lebih dingin, La Nina dapat memengaruhi kondisi cuaca di seluruh dunia.

Studi baru itu, diterbitkan oleh Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization/CSIRO). Lembaga ilmu pengetahuan nasional, pada Selasa (21/2/2023) kemarin, menunjukkan bahwa variabilitas ENSO mengurangi pemanasan di dekat permukaan laut, tetapi mempercepat pemanasan di perairan yang lebih dalam.

Cai Wenju penulis utama studi tersebut mengatakan, temuan tersebut penting untuk mengembangkan pemahaman tentang bagaimana Antarktika akan dipengaruhi oleh perubahan iklim.

“Perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan skala ENSO, menjadikan El Nino dan La Nina lebih kuat,” katanya.

“Penelitian baru ini menunjukkan bahwa El Nino yang lebih kuat dapat mempercepat pemanasan di perairan dalam di lempeng Antarktika, membuat lempengan es dan lapisan es mencair lebih cepat,” imbuhnya.

Dia mengatakan pemodelan ini juga mengungkap bahwa pemanasan di sekitar tepi es laut yang mengapung melambat selama proses ini, memperlambat pencairan es laut di dekat permukaan. Cai dan timnya memeriksa 31 model iklim di bawah skenario emisi tinggi.

Model-model dengan variabilitas ENSO yang meningkat menunjukkan berkurangnya pembalikan massa air (upwelling) di perairan yang dalam dan lebih hangat sebagai akibat dari angin barat yang intensitasnya lebih rendah, menyebabkan pemanasan permukaan laut yang lebih lambat.

Adapun Ariaan Purich dari Monash University, salah satu penulis dalam studi itu mengatakan bahwa variabilitas ENSO dapat memiliki implikasi yang luas terhadap iklim global. (ant/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
32o
Kurs