Selasa, 30 April 2024

Periode Libur Lebaran, 24 Unit Sepeda Motor di Surabaya Raib Digondol Pencuri

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Ilustrasi salah satu kenakalan remaja curanmor. Grafis: Gana suarasurabaya.net

Laporan pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di wilayah Kota Surabaya, Jawa Timur, selama periode Lebaran Idulfitri (21-30 April 2023), tercatat sebanyak 24 kasus.

Jumlah tersebut berdasarkan laporan masyarakat yang diterima Radio Suara Surabaya (SS).

Uniknya, pada Hari H Lebaran (22 April 2023), SS tidak menerima laporan kasus curanmor.

Tempat kejadian yang dilaporkan para korban pencurian terbanyak di Kecamatan Tambaksari (5 kejadian), Mulyorejo (3 kejadian), Wonocolo, Rungkut dan Gubeng masing-masing 2 kejadian.

Lalu, satu kejadian di wilayah Kecamatan Jambangan, Tegalsari, Semampir, Asemrowo, Kenjeran, Sukolilo, Wonokromo dan Wiyung.

Sementara seorang korban lainnya mengaku sudah melapor ke Polrestabes Surabaya.

Jenis sepeda motor yang paling banyak dicuri adalah Honda Beat yang dilaporkan 14 orang korban, dan dan Honda Vario sebanyak enam korban.

Lokasi pencurian sepeda motor antara lain di rumah tinggal, rumah kontrakan/kos, dan halaman mini market.

Sugeng Harianto Pengamat Sosial Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengatakan, maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor di Surabaya dan sekitarnya merupakan kejahatan berjejaring bermotif supply and demand.

“Ada permintaan, ada aksi. Ada pencuri, ada penadah. Namanya pelaku pencurian punya rasionalitas dan spesifikasi sendiri, mana kendaraan yang gampang laku untuk dibeli penadah, dan yang agak susah. Tentu merek-merek tertentu yang banyak dimiliki dan disukai orang, yang laku harga tinggi,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Minggu (30/4/2023).

Menurutnya, pencurian sudah jadi pekerjaan. Sehingga, kapan pun aksi curanmor bisa dilakukan.

“Mereka bisa jadi libur ketika Lebaran seperti anggota masyarakat lainnya. Sehari setelah libur, mereka kembali melakukan aktivitas yang melanggar hukum,” paparnya.

Sugeng melanjutkan, Polri harus semakin intens melakukan penegakan hukum secara tegas. Kalau diperlukan, sambung Sugeng, bisa saja melibatkan masyarakat untuk turut menjaga ketenteraman dan ketertiban.

“Bisa menghidupkan kembali Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling), atau yang sekarang dikenal dengan istilah Kampung Tangguh. Bukan hanya saat terjadi bencana, seperti wabah Covid-19. Konsep itu juga bisa untuk mencegah para pelaku kejahatan bebas beroperasi di pemukiman penduduk. Tapi, harus benar-benar dalam binaan aparat ya, agar tidak terjadi main hakim sendiri,” pungkasnya.(zan/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
28o
Kurs