Selasa, 30 April 2024

Awal Puasa Bertepatan dengan Nyepi, Menko PMK Imbau Masyarakat Jaga Toleransi

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Muhadjir Effendi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) saat berada di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Sabtu (9/3/2024). Foto: Risky suarasurabaya.net Muhadjir Effendi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) saat berada di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Sabtu (9/3/2024). Foto: Risky suarasurabaya.net

Sebagian umat muslim akan melaksanakan ibadah puasa Ramadan 1445 Hijriyah mulai Senin (11/3/2024) depan, yang bertepatan dengan pelaksanaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Cakra 1945.

Muhadjir Effendi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Republik Indonesia menganggap lumrah adanya waktu ibadah bebarengan dari agama yang berbeda. Ia mengimbau masyarakat agar tetap menjaga rasa toleransi antar sesama.

“Kalau itu sih biasa, kita kan sudah biasa hidup toleransi, termasuk perbedaan awal puasa nanti kita biasa-biasa saja, tidak ada yang harus dirisaukan,” katanya saat berada di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, pada Sabtu (9/3/2024).

Bagi umat muslim yang tinggal di wilayah mayoritas hindu, seperti Bali. Ia menyarankan agar ibadah salat tarawih dilakukan dengan tidak ramai.

“Di sana memang mayoritas Hindu. Harus kita hormati sepenuhnya. Sementara agama lain juga tetap melaksanakan ibadah, tapi tidak sampai mengusik yang sedang melaksanakan ibadah nyepi. Harus saling menghormati. Tarawihnya kan juga bisa diam-diam, kan tarawih tidak harus ramai-ramai kan? Saya kira, itu sudah biasa sekarang selama ini, sudah tidak banyak hal-hal yang harus kita persoalkan,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengimbau agar warga muslim memperhatikan speaker atau toa, yakni agar digunakan secara wajar selama bulan puasa, tidak terlalu keras.

“Soal pengeras, saya kira bagus itu. Tetap digunakan tapi sewajarnya saja,” sebut dia.

Meskipun begitu, ia menegaskan bahwa tidak ada larangan menggunakan pengeras suara untuk seruan ibadah, tetapi harus tetap memperhatikan batasan, seperti saat tadarus.

“Tidak dibatasi tadarusnya, tetapi pakai pengerasnya itu loh, jangan terlalu keras-keras, sekedarnya lah gitu. Kan tidak harus adu keras kan? Apalagi berdekatan terus saling keras-kerasan, kan gak perlu,”

Ia menyebut, inti dari ibadah adalah kekhusyukkan. Sehingga dalam menjalankan ibadah, harus dilakukan dengan penuh ketenangan.

“Ya, Ramadan itu kan digunakan untuk banyak merenung, banyak melakukan ibadah yang tenang,” pungkasnya.(ris/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
28o
Kurs