Jumat, 3 Mei 2024

Menjadi Pejabat Publik Harus Siap Dihujat

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan

Beberapa pengamat politik, mengkritisi perilaku sejumlah menteri anggota Kabinet Kerja Jokowi – JK yang dinilai latah, ikut-ikutan blusukan dengan tujuan yang tidak jelas.

Ada menteri yang masih euforia, suka nampang di televisi saat blusukan, agar dilihat oleh presiden kalau dirinya juga bisa blusukan.

Tjipta Lesmana Guru Besar dan Pakar Komunikasi Politik UI, mengatakan, sudah hampir satu bulan Kabinet Kerja itu dilantik, tapi belum terlihat gebrakannya, selain nampang di TV.

Kartu Sakti yang mencakup Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Keluarga Kejahtera (KKS), dalam pandangan Tjipta Lesmana bukan merupakan suatu gebrakan. Karena menurutnya program itu sudah dijalankan pemerintah sebelumnya melalui BPJS bantuan siswa miskin dan BOS.

“Supaya kelihatan beda, labelnya yang diganti,” kata guru besar UI tersebut.

Tjipta menambahkan, ada menteri yang disebut mensetting unjuk rasa, menolak buruh kontrak di depan Istana Merdeka. Agar terlihat hebat, menteri itu tiba-tiba muncul di tengah-tengah pengunjuk rasa. Menteri itu berjanji akan mebahas keinginan buruh dengan instansi terkait. Beberapa menit kemudian unjuk rasa itu bubar dengan tertib dan menterinya kembali ke kantornya.

Hanif Dhakiri Menteri Tenaga Kerja kepada suarasurabaya.net di Jakarta, mengatakan, tidak tahu siapa yang jadi sasaran tembak Tjipta Lesmana, “Kalau berani langsung tunjuk hidung saja,” ungkapnya.

Kalau yang dimaksud adalah dirinya, karena waktu itu memang menemuhi pengunjuk rasa, salah kalau itu dikatakan sebuah usaha pencitraan.

Kata Hanif buruh itu menyalurkan komunikasi untuk memperjuangkan nasibnya, dan itu menjadi tanggung jawabnya sebagai Menaker.

“Apa salah saya menemui pengunjuk rasa itu? Silakan orang mau ngomong apa, yang penting saya berniat baik,” papar Menaker.

Sementara itu, Jusuf Kalla Wakil Presiden Indonesia mengingatkan kepada para menterinya, “Sebagai pejabat publik tidak akan lepas dari kritik dan caci maki..Tak beda dengan bermain bola, sehebat apapun permainannya, tetap penonton yang merasa paling pintar. Jawab kritikan itu dengan kerja! Kerja! Kerja!”.(jos/nif/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
32o
Kurs