Minggu, 5 Mei 2024

Calon Independen Bukan Penyebab Deparpolisasi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Siti Zuhro Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Foto: Faiz Fajaruddin suarasurabaya.net

Siti Zuhro Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, ancaman deparpolisasi bukan datang dari calon independen.

Deparpolisasi menurut dia, justru hanya bisa terjadi jika partai politik tidak bisa membenahi partainya yang membuat publik terus merasa tidak puas akan partai politik.

“Munculnya fenomena calon independen itu karena kekecewaan publik terhadap partai politik. Semakin publik tidak puas maka semakin kuat calon independen. Partai politik mengalami delitimasi justru karena ulah partai politik sendiri. Kalau pilkada serentak kemarin hanya 37 persen calon independen yang maju dan 14 persennya berhasil memenangkan pilkada, maka pada pilkada langsung 2019, angka ini akan semakin tinggi, jika partai politik terus saja tidak berubah,” ujar Siti dalam Dialektika Demokrasi di Gedung DPR, Kamis (10/3/2016).

Partai politik kata dia, juga telah gagal menjadikan lembaga legislatif mulai dari DPR, DPRD I dan DPRD II sebagai show room untuk menunjukkan kualitas parpol itu sendiri.

“Contoh saja bagaimana saat ini partai politik tidak sedikitpun berani mengkritik pemerintahan melalui DPR. DPR justru mendukung semua yang dilakukan oleh pemerintah meski itu tidak pro rakyat,” ujar dia.

Dengan demikian maka proses check and balance antara eksekutif dan legislatif tidak terjadi. Demokrasipun menurut Siti, menjadi terancam, padahal dalam sistem presidensial check and balance diperlukan.

“Kader-kader partai politik di lembaga legislatif gagal membawa diri dan menjalankan fungsi perwakilannya,” kata Siti.

Siti menjelaskan, ketiadaan check and balance oleh partai politik di DPR terhadap eksekutif berimbas di lembaga eksekutif sendiri. Karena DPR tidak lagi menyuarakan isu-isu yang pro rakyat dan malah mendukung pemerintah, membuat pemerintahan yang tidak ada pekerjaan mencounter isu-isu dari DPR menjadi ribut sendiri.

Kondisi ini semakin parah karena Jokowi sendiri tidak cukup bisa menghadirkan kepemimpinannya dan media-media mainstream atau utama mendukung apapun yang dilakukan olehJokowi.

“Media mainstream seharusnya memegang peranan penting kalau memang harus diluruskan maka harus diluruskan.Jangan semua yang dilakukan pemerintah didudukung begitu saja,” ujar dia.

Begitu juga dengan sikap para aktivisi, LSM yang dalam kampanye selalu mengatakan diri relawan atau sahabat tetap, ketika tidak terakomodir menjadi tidak bersahabat karena kepentingannya tidak tersalurkan.”Tapi ketika terakomodir,maka rakyat yang mereka lupakan,” kata dia.(faz/dwi)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Minggu, 5 Mei 2024
31o
Kurs