Jumat, 29 Maret 2024

BRIN: Golkar di Bawah Kepemimpinan Airlangga Berikan Ruang Tokoh Daerah Berkarya dan Berkembang

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan

Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat resmi menjadi Kader Partai Golongan Karya (Golkar). Sebelumnya, Soekarwo mantan Gubernur Jawa Timur juga kembali menjadi kader partai berlambang pohon beringin.

Nyarwi Ahmad Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) menilai, migrasi tokoh menjadi fenomena politik yang jamak terjadi.

Dia bilang, biasanya ketua umum partai memegang peranan besar untuk mengundang seorang tokoh bergabung.

“Biasanya kalau migrasi itu, atau tokoh masuk itu diajak ketua umum,” ujarnya kepada wartawan, Senin (23/1/2023).

Pakar Komunikasi Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menjelaskan migrasi tokoh ke Golkar menjadi bukti partai berlambang beringin masih menarik dan menjanjikan sebagai kendaraan politik.

“Itu menunjukkan Golkar masih punya daya tarik di mata tokoh. Artinya sebagai sebuah organisasi, Golkar masih dipandang cukup menjanjikan,” ucapnya.

Di sisi lain, migrasi juga terjadi akibat tidak adanya tokoh dominan dari internal Golkar. Sehingga, setiap tokoh termasuk putra daerah punya kesempatan untuk berkembang.

“Karena di Golkar tidak ada tokoh utama, dominan, tidak yang sangat kuat secara elektoral. Itu kelemahan tapi kelebihan. Golkar menjadi partai terbuka, seperti perusahaan yang sudah go public,” tegasnya.

Walau menarik bagi tokoh luar, Golkar juga punya tantangan lain. Semakin banyak tokoh bergabung, maka semakin membutuhkan pengelolaan yang apik terutama terkait Pilpres 2024.

“Semakin banyak bergabungnya para tokoh menjadi tantangan bagi Golkar untuk mengelola berbagai kepentingan, termasuk strategi yang diperlukan dalam konteks pileg mau pun pilpres,” pungkasnya.

Sementara itu, Lili Romli Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, Partai Golkar membuka kesempatan yang setara bagi kader mereka, termasuk kader baru asal daerah yaitu Ridwan Kamil dan Soekarwo.

“Bergabung dengan Golkar membuat mereka memiliki posisi yang sama dengan elite lain yang suaranya didengar,” sebutnya.

Profesor Lili mencontohkan, Pakde Karwo pindah dari Demokrat yang sangat kuat dengan profil mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Sementara Golkar, kuat di bawah kepemimpinan Ketum Airlangga Hartarto dan kerja kader-kader mereka. Itu yang membuat Pakde Karwo dan Kang Emil merapat ke Golkar.

“Mereka melihat di Golkar sistem bukan figur, bukan personal, semuanya setara,” jelasnya.

Kehadiran dua putra daerah itu juga diharapkan mendongkrak elektoral partai juga Airlangga yang berniat menjadi calon presiden.

“Tentu menguntungkan untuk Golkar, mereka membutuhkan tokoh lokal, yang memiliki pengaruh, sementara mereka kemudian diberikan jabatan. Di bawah kepemimpinan Airlangga, Golkar membuka ruang bagi putra daerah untuk berkarya,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Profesor Lili menilai Pakde Karwo dan Kang Emil mendapatkan manfaat jangka panjang dengan bergabung bersama Golkar.

Menurutnya, ada tawar menawar bukan hanya posisi istimewa di kepemimpinan partai mungkin juga mereka akan dicalonkan di daerah yang mereka memiliki basis massa.

“Untuk melenggang ke Senayan (DPR RI) juga tinggi, bahkan jika dia mendongkrak suara yang lebih besar, bukan tidak mungkin dia dikasih posisi yang lebih tinggi lagi,” tambahnya.

Seperti diketahui, Ridwan Kamil yang baru bergabung mendapat jabatan Wakil Ketua Umum (waketum) Bidang Penggalangan Pemilih Partai Golkar. Sedangkan Pakde Karwo sebagai Wakil Ketua Dewan Pakar.(rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
25o
Kurs