Jumat, 3 Mei 2024

Pakar Komunikasi Politik: Pendapat Publik Berdasarkan Fakta Bisa Jadi Kontrol Sosial Perilaku Penguasa

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Banner yang terpampang di samping panggung kampus Universitas Dr. Soetomo, bergambar wajah Joko Widodo Presiden, Rabu (15/11/2023). Foto: Wildan suarasurabaya.net

M.Jamiluddin Ritonga Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul sepakat dengan pernyataan Puan Maharani Ketua DPP PDI Perjuangan kalau dalam politik harus mengedepankan sopan santun dan etika.

Pernyataan Puan itu menanggapi ucapan Luhut Binsar Pandjaitan politikus senior Partai Golkar yang bilang dalam berpolitik jangan terlalu gampang menilai seseorang anak ingusan atau pengkhianat.

Menurut Jamiluddin, wajah politik Indonesia tidak sepatutnya ditunjukkan dengan perilaku menyimpang atau bahkan pelanggaran hukum dan etika pejabat publik secara terang-terangan.

“Contohnya kasus penetapan batas usia capres-cawapres oleh Mahkamah Konstitusi (MK) sudah diputuskan ada pelanggaran etik dalam prosesnya oleh MKMK. Keputusan MKMK menyatakan Ketua MK melakukan pelanggaran etika berat,” ujarnya di Jakarta, Selasa (21/11/2023).

Jamiluddin melanjutkan, wajar kalau publik mempersoalkan keputusan MK yang dinilai menguntungkan Gibran untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres).

Publik khawatir Pilpres tidak berjalan sebagaimana mestinya, terutama netralitas penyelenggara Pemilu.

“Jadi, dalam konteks tersebut, tentu sangat beralasan kalau publik menilai keputusan MK berpihak kepada Gibran putra Jokowi. Justifikasi seperti itu tentu sangat logis, karena penilaian publik didasarkan pada putusan MKMK,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Jamiluddin menekankan pendapat publik yang didasarkan pada fakta patut menjadi kontrol sosial atas perilaku penguasa.

“Pendapat seperti itu justru dibutuhkan untuk menegakkan kontrol sosial dari rakyat kepada pemerintahnya agar tidak semena-mena dalam memimpin negara tercinta,” tegasnya.

Sementara itu, Hendri Satrio Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina mengatakan, arah dukungan Luhut sangat terang-benderang dan mutlak untuk Jokowi.

“Tidak perlu ada analisa yang rumit mendengar pernyataan Pak Luhut. Hidupnya dia bersama Jokowi. Sehingga, yang dia ucapkan, utarakan pasti ada kaitan dengan Jokowi. Kalau Jokowi sekarang membela Prabowo-Gibran, ya Luhut tentu bicara tentang Prabowo-Gibran,” katanya.

Pada kesempatan terpisah, Habiburokhman Wakil Ketua Umum Partai Gerindra sepakat dengan pernyataan Luhut Pandjaitan.

Habiburokhman menilai narasi bocah ingusan dan pengkhianat yang dialamatkan kubu pendukung Ganjar Pranowo kepada Gibran Rakabuming Raka cawapres nomor urut 2 berlebihan.

Menurutnya, loyalitas calon pemimpin harus diabdikan kepada Bangsa dan Negara, bukan partai politik.

“Soal pengkhianat sudut pandangnya seperti apa? Loyalitas itu kan kepada Bangsa dan Negara, pada nilai-nilai kebaikan yang kita perjuangkan kepada Bangsa dan Negara, bukan kepada elite-elite politik,” tegasnya.(rid/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
26o
Kurs