Selasa, 21 Mei 2024

PBNU Serukan Salat Gaib, Doa Bersama, dan Qunut Nazilah untuk Palestina

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Yahya Cholil Staquf (tengah) Ketua Umum PBNU dalam konferensi pers di kantor PBNU, Selasa (31/10/2023). Foto : Faiz Fadjarudin suarasurabaya.net

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan kepada warga Nahdliyyin untuk melaksanakan salat gaib, doa bersama, dan qunut Nazilah untuk Palestina.

“Menyerukan kepada seluruh umat Islam, khususnya warga Nahdlatul Ulama untuk menyelenggarakan salat gaib dan doa bersama, guna mendoakan para syuhada dan korban jiwa akibat eskalasi kekerasan yang terjadi di Palestina, serta melaksanakan Qunut Nazilah,” ujar Yahya Cholil Staquf Ketua Umum PBNU dalam konferensi pers Perkembangan Konflik Palestina-Israel di Lobi PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa (31/10/2023).

Kata dia, hal tersebut sebagai bagian dari upaya memohon pertolongan Allah SWT agar bencana kemanusiaan di Palestina segera berhenti. Selain itu, PBNU juga menyerukan kepada bangsa-bangsa di dunia untuk menghormati hak dan martabat manusia, demi terwujudnya kemanusiaan dan masyarakat internasional yang stabil dan harmonis.

“Kami mendukung penuh sikap dan langkah pemerintah Indonesia yang telah terus menerus menyelesaikan konflik yang adil atas konflik Israel Palestina sesuai hukum dan kesepakatan Internasional yang ada,” jelasnya.

Menurut Gus Yahya, konflik yang terjadi antara Israel-Palestina sudah sangat memprihatinkan, bahkan sampai pada tahap terang-terangan menyatakan kehendak melakukan genosida terhadap pihak lawan. Maka yang harus dilakukan tidak hanya membuat pernyataan, harus ada tindakan lainnya.

“Itulah kami sebabnya menggalang kekuatan agama-agama untuk bergerak bersama, harapannya akan terbentuk satu kekuatan satu mandat yang lebih kuat atas nama-nama agama di seluruh dunia ini untuk berperan lebih nyata dalam mengatasi masalah ini,” ujarnya.

Lebih lanjut Gus Yahya menjelaskan bahwa konflik kekerasan dan lingkaran kebencian yang terus berlangsung sampai dengan saat ini, membuat tatanan dunia terancam, sebab dunia didorong hanya atas dasar saingan kekuatan, tidak ada pertimbangan tentang moralitas, dan tidak ada pertimbangan tentang kesepakatan-kesepakatan yang harus dihargai.

“Semua bergerak atas dasar kekuatan, ini berbahaya sekali, kita tidak bisa membiarkan dunia ini masuk ke dalam rimba seperti yang terjadi di masa lalu, apalagi di tengah-tengah konteks hari ini, globalisasi yang sudah begitu kuat dan luas, serta dengan perkembangan teknologi militer yang menciptakan senjata dengan daya hancur yang tak terkira. Kalau kita teruskan dinamika yang terjadi hari ini, hukum rimba, yang kuat boleh berbuat semau-maunya, tidak akan ada yang menang, semua akan kalah,” pungkas Gus Yahya. (faz/ham)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya
Surabaya
Selasa, 21 Mei 2024
28o
Kurs