Selasa, 30 April 2024

Pakar Komunikasi Sebut Debat Kelima Seperti Bukan Final, Ketiga Capres Main Aman

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Redi Panuju (dua dari kiri) Ahli Komunikasi Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) dan Kaihatu (kiri) Wakil Direktur Kadin Institut saat menjadi narasumber dalam Nobar Debat Capres Sesi Kelima di Suara Surabaya Center, Minggu (4/2/2024). Foto: Risky suarasurabaya.net

Prof. Redi Panuju Ahli Komunikasi Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya mengatakan, debat kelima yang merupakan debat terakhir calon presiden (capres) sebelum masa coblosan, seperti bukan debat final.

Pasalnya, menurut Redi, baik Anies Baswedan, Prabowo Subianto ataupun Ganjar Pranowo, ketiganya bermain aman. Bahkan, saat berlangsungnya debat juga saling setuju dan memuji.

“Tidak klimaks, seperti pada tidur semua, perlu dibangunkan, masih bermain aman,” katanya saat menjadi narasumber pakar komunikasi dalam acara nonton bareng (nobar) di Suara Surabaya Center, pada Minggu (4/2/2024) malam.

Redi menyebut, dalam debat malam ini, ketiga paslon lebih cenderung menonjolkan eksistensi diri, seperti dengan narasi keberlanjutan, narasi perubahan, dan mengmbil posisi tengah-tengah.

Padahal, kata Redi, debat final itu seperti perang dan tema adalah senjatanya. Sehingga dalam perang harus bisa memanfaatkan dengan baik setiap senjata yang ada untuk mengalahkan lawan.

“Malam ini saling memuji, yang awalan pakai kata yang terhormat, padahal debat yang lalu tidak,” ujarnya.

Debat malam ini, menurutnya hanya memiliki dampak yang sangat kecil untuk memperngaruhi pilihan masyarakat. Atau bahkan, lanjutnya, bisa tidak mengubah pilihan yang sudah ada di masyarakat.

Sementara itu, Prof. Tomi Kaihatu Wakil Direktur Kadin Institut juga mengatakan bahwa debat malam hari ini antiklimaks.

Ia menyebut, ketiga capres seperti sedang berusaha menggunakan strategi landai untuk menghindari blunder, sebagai upaya menjaga elektabilitas agar tidak turun mendekati waktu coblosan.

“Atau karena ini paling sulit, karena masalah Sumber Daya Manusia (SDM), karena tidak ada yang sempurna, karena tidak ada yang keluar dari masalah ini, dan mereka menyadari,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa ada kemungkinan strategi tersebut digunakan sebagai upaya untuk menurunkan emosi, agar tidak menimbulkan keributan di masa kampanye yang semakin tinggi tensinya jelang hari pencoblosan.

Seperti diketahui, masa coblosan dalam pemilihan presiden (pilpres) akan dilakukan pada 14 Februari mendatang. (ris/bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
31o
Kurs