Rabu, 15 Mei 2024

Waspada, Batuk Berkepanjangan Bisa Jadi Gejala Kanker Paru

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Unsplash

Brigjen TNI dr. Alex Ginting S, Sp.P(K) Dokter spesialis paru dari RSPAD Gatot Soebroto, mengatakan pasien kanker paru biasanya terlambat mengetahui penyakitnya karena menganggap gejala batuk yang terjadi adalah batuk ringan.

“Sering ada delay (terlambat deteksi) di pasien karena menganggap batuk pilek itu penyakit ‘warung’ sehingga dengan meminum obat-obat warung bisa selesai (sembuh),” kata dr. Alex dalam konferensi pers bertajuk Bulan Peduli Kanker Paru, di Jakarta, Rabu (28/11/2018), seperti dilansir Antara.

Dia mengatakan, batuk yang terjadi hingga empat pekan berturut-turut, patut dicurigai merupakan gejala penyakit tuberculosis (TB). Sementara batuk yang belum sembuh hingga mencapai delapan pekan kemungkinan disebabkan oleh keganasan atau kanker paru.

“Orang sering berpikir (batuk) karena alergi, THT sehingga delay (telat penanganan). Kalau batuk empat minggu, curiga kena tuberculosis, apalagi kalau batuknya sampai delapan minggu, (pasien) usia diatas 40 tahun, kita curiga itu bukan TB, tapi curiga juga dengan keganasan. Kalau batuk jangan diabaikan, harus diperiksa di rumah sakit,” katanya.

Orang yang menderita kanker paru tahap awal, biasanya tidak menampakkan gejala apapun. Gejala hanya akan muncul ketika perkembangan kanker telah mencapai suatu tahap tertentu. Gejala tersebut meliputi batuk yang berkelanjutan hingga akhirnya mengalami batuk darah, mengalami sesak nafas dan nyeri di dada, kelelahan tanpa sebab yang jelas, pembengkakan pada muka atau leher dan sakit kepala.

Dr. Alex pun meminta agar pasien kanker mengikuti seluruh prosedur pengobatan rumah sakit. “Kalau mengikuti desain pengobatan secara rumah sakit, harus diikuti semuanya. Jangan cycle satu, ikut pengobatan RS, cycle dua, pergi ke Gunung Kidul,” katanya.

Data Globocan 2018 menyatakan bahwa kanker paru adalah kanker yang paling banyak diderita oleh pria dan wanita di seluruh dunia dibandingkan dengan jenis kanker lain dan merupakan penyebab utama dari kematian.

Sementara itu Aryanthi Baramuli Putri Ketua Cancer Information and Support Center (CISC), mengatakan, kanker paru memiliki angka harapan hidup yang rendah yaitu sebesar 12 persen jika dibandingkan dengan kanker lain karena sebagian besar kanker paru terdiagnosis pada stadium yang lanjut.

Karena itu, melakukan deteksi dan diagnosis sejak dini menjadi sangat penting bagi orang-orang dengan risiko tinggi menderita kanker paru agar bisa mendapatkan pengobatan yang tepat dan bermutu.

“Kanker paru memiliki jenis mutasi yang berbeda-beda yang perlu dipahami oleh masyarakat dan praktisi kesehatan dengan tepat. Kepedulian pasien terhadap kanker paru dapat dibangun dari upaya promotif dan preventif yang digaungkan oleh berbagai pemangku kepentingan secara berkesinambungan melalui berbagai kegiatan dan saluran komunikasi,” kata Aryanthi. (ant/dim/rst)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Rabu, 15 Mei 2024
30o
Kurs