Selasa, 28 Mei 2024
Review Film

Terminator: Dark Fate, Aksi Perburuan Penuh Nostalgia

Laporan oleh M. Hamim Arifin
Bagikan
Arnold Schwarzenegger dan Linda Hamilton kembali dipasangkan sebagai Sarah Connor dan T-800 di seri terbaru film Terminator. Foto: imdb

John Connor, sejauh ini selalu jadi muara dari cerita franchise film Terminator. Termasuk saat dia belum lahir di “The Terminator” tahun 1984. Beranjak remaja, John kembali diburu Terminator dan menjadi aktor utama terbangunnya plot “Terminator 2: Judgment Day” tahun 1991. Tapi tidak di “Terminator: Dark Fate”, film seri terbaru Terminator yang akan tayang akhir bulan ini.

John adalah masa lalu sekaligus masa depan yang tidak pernah ada.

Di awal, “Dark Fate” memutar waktu sebentar untuk menjelaskan nasib ‘baru’ John dengan suara Sarah Connor sebagai narator. Layaknya dua film pertamanya untuk memberi tahu kita bahwa secara kronologi cerita, “Dark Fate” berada di urutan ketiga setelah film 1984 dan 1991.

Setting “Dark Fate” adalah 25 tahun (2020) setelah Sarah, John dan, T-800 mencegah kiamat yang seharusnya terjadi di tahun 1997, saat Skynet meledakkan nuklir di banyak penjuru dunia. Tapi chaos di masa mendatang tetap ada meski tanpa Skynet. Ada perusahaan lain yang menciptakan era mesin dan memburu manusia.

Meski masih mengusung formula yang sama, tapi kali ini Terminator yang dikirim ke masa kini memburu orang lain bernama Daniella ‘Dani’ Ramos (Natalia Reyes) yang tinggal di Mexico City. Dani mendapat perlindungan dari prajurit masa depan bernama Grace (Mackenzie Davis) dan diburu Rev-9 (Gabriel Luna) terminator model baru.

Menariknya, Grace tidak sendirian. Pejuang perempuan itu dibantu oleh dua legenda franchise Terminator; Sarah Connor yang diperankan Linda Hamilton dan T-800 diperankan Arnold Schwarzenegger. Jadilah film ini mengusung nuansa reuni sejak dari poster dan trailer yang beredar pertama kali.

Perburuan objek baru membuat Dark Fate lebih fresh ketimbang film-film Terminator lainnya. Tapi plot yang dibangun terasa seadanya karena hanya meniadakan John dan memunculkan Dani untuk posisi yang sama. James Cameron, penulis dan produser di dua film pertama, seolah ingin kisah terminator ini terus ada.

Franchise Terminator selalu menggunakan paradoks masa yang seringkali butuh waktu untuk memikirkannya. Eksperimen yang dilakukan penulis dan sutradaranya juga tidak selalu berhasil. Maka penolong utama dari film-film ini adalah aktor yang disertakan. Seperti saat Christian Bale mengambil peran utama di Terminator Salvation (2009) atau Emilia Clarke di Terminator Genisys (2015).

Kembalinya Linda Hamilton sebagai Sarah Connor sebenarnya menjadi angin segar saat pertama kali diumumkan. Apalagi, dipastikan Arnold juga ikut serta seperti biasa. Tapi rangkaian cerita yang mengharuskan Sarah muncul di perburuan Dani terkesan dipaksakan. Dan Sarah harus bertemu lagi dengan T-800 secara tidak terduga.

Tim Miller sebagai sutradara mampu memaksimalkan kedua ikon The Terminator itu. Sehingga buat para pencinta “Terminator, Dark Fate” memberikan nostalgia yang alami. Kebencian Sarah diungkapkan secara baik oleh Linda, sementara T-800 yang diperankan Arnold digambarkan lebih manusiawi seperti di Judgment Day.

Mackenzie Davis dan Gabriel Luna tak kalah baiknya berperan sebagai prajurit dan terminator yang saling serang dan mengendap saling bunuh. Sinematografi dan visual efeknya tentu lebih matang dari dua pendahulunya yang sangat mendukung film ini jadi aksi kejar-kejaran yang sulit ditolak buat para pencintanya.

Akhirnya Terminator: Dark Fate adalah film yang masih layak ditonton fans Terminator, juga penyuka film ‘yang penting action’. “Terminator: Dark Fate” tayang reguler di bioskop Indonesia mulai Rabu, 30 Oktober 2019.(ham/tin/dwi)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Surabaya
Selasa, 28 Mei 2024
33o
Kurs