Jumat, 26 April 2024

Pakar Unair: Kenaikan Harga Rokok Picu Masyarakat Berhenti Merokok

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi rokok

Beberapa waktu lalu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut rokok sebagai komponen pengeluaran terbesar kedua setelah beras bagi rumah tangga dalam golongan miskin.

Bahkan, Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan (Menkeu) bahkan mengungkap data bahwa pengeluaran untuk rokok lebih tinggi dari protein.

Menanggapi hal tersebut, Bagong Suyanto Pakar Sosiologi Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) menyebutkan fenomena ini sebenarnya telah menjadi keprihatinan sejak lama.

“Memang menjadi masalah yang sering dikeluhkan, di mana uang yang seharusnya bisa untuk kebutuhan positif lain seperti memenuhi kebutuhan gizi keluarga, justru dialokasikan untuk membeli rokok,” tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima suarasurabaya.net, Rabu (21/12/2022).

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair itu juga mengungkapkan rokok dan kemiskinan memiliki hubungan yang erat.

Dalam keluarga miskin, biasanya telah terjadi proses pembelajaran tentang budaya merokok. Akhirnya pembelajaran ini menjadi kebiasaan yang didukung juga oleh zat-zat adiktif dalam kandungan rokok.

“Bahkan tingkatannya bisa makin berat. Tidak hanya rokok putih, namun akhirnya bisa meningkat pada rokok kretek,” ujarnya.

Meski bukan dianggap sebagai solusi yang dapat menuntaskan masalah, kebijakan yang menyebabkan naiknya harga rokok disebutkan sebagai salah satu keputusan yang baik.

“Karena akan membuat masyarakat miskin utamanya, berpikir ulang untuk memanfaatkan uang pembelian rokok untuk kepentingan yang lebih positif,” ungkapnya.

Perokok pada kalangan miskin kemungkinan mencari pengganti aktivitas selain merokok. Namun, Guru Besar Bidang Sosiologi Ekonomi itu menyebutkan bahwa kebijakan ini harus dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk berhenti merokok.

Dosen Senior FISIP Unair itu menambahkan, inti dari permasalahan sebenarnya berfokus pada cara mengubah perspektif masyarakat miskin terhadap aktivitas merokok, karena selama ini rokok sudah terkonstruksi sebagai sebuah kebiasaan sehingga sulit dihilangkan.

“Perlu diberikan pemahaman yang lebih baik tentang bahaya yang ditanggung keluarga bila orang tua meneruskan kebiasaan merokoknya. Memang diperlukan berbagai upaya untuk menyadarkan,” pungkasnya.(rum/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
30o
Kurs