Minggu, 28 April 2024

Perhatikan Asupan Garam Harian, Cegah Efek Buruk untuk Kesehatan

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi garam diatas meja. Foto: Freepik.com

Garam, alias natrium klorida, telah digunakan untuk mengawetkan makanan dan meningkatkan cita rasa selama ribuan tahun, namun, apakah garam dapat membahayakan kesehatan?

Laman The Guardian, Minggu (5/11/2023), melaporkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) merekomendasikan untuk membatasi asupan garam seseorang sebanyak 5 gram per hari, bahkan lebih rendah lagi jika memungkinkan. Menurut sejumlah besar bukti, konsumsi garam dalam jumlah besar berkaitan dengan tekanan darah tinggi, yang pada gilirannya merupakan faktor risiko penyakit jantung dan stroke.

Garam secara teknis adalah natrium klorida. Natrium menyebabkan sebagian besar efek buruknya, itu sebabnya mengapa sejumlah merk garam di Amerika cenderung menggembar-gemborkan pilihan rendah natrium.

“Pada dasarnya ini adalah bentuk racun jangka panjang dan kronis,” kata Graham MacGregor profesor kedokteran kardiovaskular dan presiden British Hypertension Society, yang dilansir Antara.

“Tekanan darah adalah faktor besar dalam kesehatan seiring bertambahnya usia, dan kami melihat bukti bahwa kelebihan garam akan meningkatkan tekanan darah selama masa hidup Anda,” kata dia menambahkan.

Kelebihan garam juga dikaitkan dengan diabetes tipe 2. Orang yang biasanya menambahkan garam ke dalam makanan mereka menunjukkan risiko 39 sampai 20 persen lebih tinggi terkena kondisi ini dibandingkan mereka yang jarang atau tidak pernah menambahkan garam.

Seperti yang dicatat oleh British Heart Foundation, 75 persen dari garam yang kita makan dapat ditambahkan sebelum makanan kita sampai ke piring.

Pada awal tahun 2000-an, Inggris adalah pemimpin dunia dalam hal pengurangan garam, dengan Food Standards Agency (FSA) yang memberlakukan batasan ketat tentang seberapa banyak garam yang boleh dimasukkan ke dalam sebagian besar produk.

Namun, pada tahun 2010, dengan munculnya Kesepakatan Tanggung Jawab yang diperkenalkan pemerintah, industri makanan yang justru memimpin dalam proses tersebut, dengan batasan kadar yang menjadi bersifat sukarela.

Bahkan mereka yang ingin mengurangi kandungan garam dalam produk mereka pun terhambat, karena garam dianggap selain menjadi salah satu bentuk penyedap rasa, juga dapat digunakan untuk mengawetkan makanan.

“Seperti yang dikatakan oleh seorang kolega saya pada saat itu, menyerahkan hal ini kepada produsen sama saja dengan menempatkan Drakula sebagai penanggung jawab bank darah,” kata MacGregor.

“Beberapa supermarket menginginkan penegakan yang lebih baik, tetapi, itu harus datang dari atas (pemerintah),” MacGregor menambahkan.

Jawabannya adalah, bahwa ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang mungkin harus dikhawatirkan secara kolektif karena masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mengatasi asupan garamnya sendiri.

Jika cukup mampu, dalam hal waktu dan keuangan, seseorang dapat mengambil langkah-langkah seperti memasak sendiri, menghindari makanan siap saji dan mengurangi jumlah garam yang ditambahkan ke dalam makanan.

Bawang putih, dapat menurunkan tekanan darah, dan bukan meningkatkannya. Seseorang juga dapat meningkatkan asupan buah dan sayuran, karena ada bukti terbaru bahwa kalium di dalamnya memiliki efek perlindungan terhadap garam. Indra pengecap akan menyesuaikan diri seiring berjalannya waktu.

“Pada satu titik, FSA berhasil menurunkan jumlah garam yang dapat ditambahkan ke dalam makanan, dan hampir seluruh asupan garam di seluruh negeri turun tanpa ada yang benar-benar menyadari ada yang berubah,” kata MacGregor. (ant/and)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
33o
Kurs