
Vape sering kali digunakan sebagai alternatif untuk berhenti merokok oleh kebanyakan orang. Hal itu dikarenakan vape dianggap lebih ringan daripada rokok tembakau.
Padahal, vape ini juga mengandung bahan kimia berbahaya yang perlu diwaspadai.
Berbeda dengan rokok tembakau, vape memang tidak mengandung zat berbahaya, seperti tar dan karbonmonoksida. Kendati demikian, bukan berarti vape lebih aman daripada rokok tembakau.
Dilansir dari berbagai pada Rabu (5/2/2025), vape mengandung zat kimia berbahaya yang hampir sama dengan dari rokok tembakau, seperti nikotin, asetaldehida, akrolein, propanal, formaldehida, logam berat, dan diasetil.
Dengan kandungan zat kimia berbahaya yang hampir sama, bahaya vape sama dengan bahaya merokok dengan rokok tembakau.
Inilah beberapa bahaya vape yang perlu diwaspadai:
1. Menyebabkan ketagihan
Sama seperti rokok tembakau, vape juga mengandung nikotin yang dapat menyebabkan ketergantungan. Nikotin yang terkandung di vape dapat merangsang otak melepaskan hormon dopamin dalam jumlah banyak, sehingga mengakibatkan efek ketergantungan.
Para pengguna vape bahkan lebih berisiko terekspos nikotin. Pasalnya, perangkat rokok elektrik, terutama tabungnya dengan tegangan yang lebih tinggi dapat mengalirkan nikotin dalam jumlah besar ke dalam tubuh.
Jadi, opsi rokok vape sebagai alternatif untuk berhenti merokok justru tidak benar. Bahaya vaping juga sama seperti rokok tembakau yang dapat membuat Anda makin ketergantungan.
2. Merusak paru-paru
Meski tidak memakai tembakau, bukan berarti bahaya vaping lebih ringan daripada rokok tembakau. Pasalnya, rokok elektrik tetap mengandung nikotin yang dapat meningkatkan risiko peradangan pada paru-paru dan mengurangi kemampuan jaringan pelindung di paru-paru untuk melindungi organ tersebut.
Iasetil yang terkandung di vape juga dapat menyebabkan munculnya penyakit bronkiolitis obliterans, atau yang lebih dikenal sebagai paru-paru popcorn (popcorn lung).
Vitamin E yang ada pada beberapa jenis rokok elektrik juga diduga kuat dapat menyebabkan iritasi paru-paru ketika dihirup.
American Lung Association menyebutkan bahwa kandungan vape, yaitu acrolein, juga digunakan untuk membunuh gulma.
Senyawa ini dapat menyebabkan cedera paru-paru akut dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan asma.
Tak hanya itu, perasa pada vape juga menyebabkan bahaya pada sel paru-paru. Ketika Anda mengonsumsinya dengan dosis tinggi, perasa ini dapat membunuh sel-sel normal paru-paru.
Salah satu perasa yang ditemukan dalam vape adalah bahan kimia diacetyl. Bahan ini dapat meningkatkan penyakit paru-paru yang serius.
3. Memengaruhi jantung
Bahaya vaping tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan paru-paru, nikotin yang terdapat di vape juga bisa menggangu organ lainnya, seperti jantung.
Nikotin yang terserap melalui aliran darah akan merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenal). Pelepasan hormon epinefrin inilah yang menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung meningkat
Jika lama dibiarkan begitu saja, kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko adanya serangan jantung dan kematian mendadak.
Nikotin dapat memicu produksi hormon adrenalin yang biasanya hanya akan meningkat bila Anda sedang terancam atau stres.
Ketika jantung dipaksa untuk bekerja terlalu keras, risiko berbahaya seperti serangan jantung pun muncul.
Jika Anda menggunakan liquid vape secara terus-terusan atau rutin, risiko terkena efek samping pun semakin meningkat.
4. Menyebabkan gangguan pada janin
Pada ibu hamil, penggunaan vape secara aktif atau pasif dapat membahayakan janin. Pasalnya, paparan nikotin dan zat berbahaya lain yang dihasilkan oleh vape dapat menggangu perkembangan janin.
Sementara pada anak-anak, paparan nikotin dari vape dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan tidur dan perkembangan otak serta memengaruhi daya ingatnya.
5. Mengganggu perkembangan otak pada remaja
Selain yang telah disebutkan di atas, nikotin dapat membahayakan perkembangan otak remaja yang terus berkembang sampai sekitar usia 25 tahun.
Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan bahwa penggunaan nikotin dapat merusak bagian otak yang mengontrol: perhatian, pembelajaran, suasana hati, dan kontrol impuls.
Nikotin bisa mengganggu proses pembuatan ingatan atau keterampilan baru yang dibangun di antara sel-sel otak. Padahal, proses ini lebih cepat dilakukan pada otak remaja daripada orang dewasa.
6. Menyebabkan keracunan nikotin
Pemakaian nikotin dalam jumlah besar berpotensi menyebabkan keracunan. Gejala dari keracunan nikotin umumnya berupa mual dan muntah.
Dalam kasus yang parah, pengguna akan mengalami kejang dan depresi pernapasan. Tentu saja keracunan yang akut juga dapat menyebabkan kematian.
Sekitar 30-60 miligram (mg) nikotin dapat membunuh orang dewasa. Biasanya, satu botol kecil cairan vape mengandung 100 mg nikotin.
Risiko kematian tetap ada jika anak-anak atau orang dewasa ‘mengonsumsi’ banyak cairan tersebut. Jadi, Anda mesti berhati-hati pada kadar nikotin yang masuk ke dalam tubuh Anda.
7. Meningkatkan risiko terkena kanker
Sama seperti rokok tembakau, bahaya vaping juga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kanker. Beberapa merek rokok vape juga ditemukan mengandung formaldehida yang dapat memicu terjadinya kanker.
Bahaya vaping lainnya adalah jika cairan nikotin yang digunakan untuk mengisi rokok elektrik terkena kulit atau tak sengaja terminum oleh anak-anak. Hal ini dapat mengakibatkan keracunan bahkan kematian. (nis/saf/ipg)