Jumat, 3 Mei 2024

Ekonomi Kreatif Indonesia Masih Belum Kreatif

Laporan oleh Dodi Pradipta
Bagikan
Bambang Tjahjadi Ekonom Unair Surabaya saat memberikan ceramah di acara Budaya Sebagai Penggerak Keberhasilan Pembangunan Era Kesejagatan, Selasa (17/11/2015) di Unair. Foto: Dodi suarasurabaya.net

Sri Teddy Rusdy seorang pegiat budaya Indonesia mengatakan hingga kini perekonomian kreatif yang dicanangkan oleh pemerintah masih belum terdengar gaungnya.

Sebab, menurutnya, kebudayaan Indonesia hingga saat ini mengalami stagnasi ide-ide yang segar dan baru.

“Cerita-cerita wayang itu, sampai saat ini ya begitu-begitu saja. Tidak ada pengembangan. Apalagi sampai sekarang kita masih banyak mengambil cerita-cerita wayang dari India, tidak dari cerita lokal sendiri. Padahal kita punya lho cerita wayang asli Indonesia, panji misalnya, tapi itu belum terlalu dikembangkan. Selama ini wayang yang kita tahu ya Ramayana,” kata dia saat menghadiri acara “Budaya Sebagai Penggerak Keberhasilan Pembangunan Era Kesejagatan” di Universitas Airlangga Surabaya, Selasa (17/11/2015).

Sementara itu, menurut Bambang Tjahjadi Ekonom Universitas Airlangga, tontonan-tontonan kebudayaan Indonesia hingga saat ini masih jauh untuk dijadikan ladang ekonomi kreatif. Sebab, Branding dari tontonan-tontonan budaya Indonesia masih sangat lemah.

“Tontonan-tontonan budaya seperti ludruk atau wayang itu, harusnya bisa dikemas seperti kopi Starbucks. Coba lihat harga kopi di warung-warung, murah kan? Tapi coba anda masuk ke Starbucks, pasti kopinya mahal-mahal. Ekonomi kreatif harus mencontoh apa yang dilakukan Starbucks. Branding itu penting sekali. Sehingga orang-orang tertarik untuk melihat ludruk atau wayang,” kata dia.

Selain itu, Bambang mengatakan, pemerintah perlu mengajak atau merangkul berbagai pihak agar ekonomi kreatif ini tidak jalan di tempat. Seperti misalnya institusi-institusi universitas dan sekolah-sekolah.

“Buat komunitas-komunitas pecinta ludruk atau pecinta wayang di kampus-kampus atau di sekolahan, kembangkan. Masyarakat harus dilibatkan, karena budaya juga berasal dari masyarakat. Perekonomian kreatif harus dikelola bersama-sama memang,” ujarnya.(dop/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
28o
Kurs