Selasa, 30 April 2024

Merebut Kue Besar Digital Ekonomi di Surabaya

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya di hadapan ratusan Pahlawan Ekonomi binaan Pemkot Surabaya, Sabtu (29/4/2017). Foto: Abidin/Dok. suarasurabaya.net

Suara Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya terdengar lantang saat berbicara di hadapan ratusan pelaku bisnis yang tergabung dalam Pahlawan Ekonomi. Risma mengajak warga kota untuk memenangkan sebagian besar perputaran uang di Kota Surabaya yang jumlahnya Rp20 triliun perhari.

“Kalau kalian diam saja maka akan direbut orang lain. Kalau tidak bisa memenangkan Rp20 triliun itu berarti Anda semua malas,” ujarnya di hadapan 600 Pahlawan Ekonomi binaan Pemkot Surabaya, Sabtu (29/4/2017) lalu.

Pernyataan ini sering digelorakan Risma dalam banyak kesempatan tatap muka dengan para pelaku bisnis UKM di Surabaya. Risma ingin warga Surabaya sadar untuk menangkap peluang dengan berwirausaha. Risma seolah tak jenuh, terus membakar semangat warganya agar mandiri di tanahnya sendiri.

Risma menekankan, seluruh warga kota Surabaya jangan lagi malas dan malu untuk membuka usaha. Dia mencontohkan kenapa yang jual makanan tradisional seperti tahu tek dan cilok harus orang dari luar Kota Surabaya.

Apa yang digelorakan Risma perlahan mulai menuai hasil. Dari 9.000 Pahlawan Ekonomi yang ada sejak generasi pertama tahun 2010, setidaknya kini ada 5.000 usaha kecil menengah (UKM) yang masih survive. Bahkan, di tahun 2016-2017 ribuan pahlawan ekonomi mulai bertransformasi dalam mengelola bisnisnya dari industri offline menuju online dalam strategi pemasaran. Peran Pemerintah Kota yang menciptakan ekosistem digital ekonomi mulai bisa dirasakan manfaatnya oleh para pelaku bisnis UKM ini.

Diah Arfianti pemilik usaha Diah Cookies misalnya telah merasakan manfaat digital marketing melalui media sosial. Produk roti kering miliknya yang sebelumnya hanya laku saat musim lebaran, kini telah menjadi jajanan oleh-oleh yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, telah menjangkau Filipina, Amerika dan Inggris. Omset usaha warga Jl Ketandan Baru II/6a ini Rp30 juta perbulan.

Saat ini Diah Cookies telah memiliki 8 agen dan 50 reseller. Para agen dan resellernya 80 persen juga menerapkan digital marketing.

“Saya sangat dimudahkan dengan pemasaran online. Saya juga dibantu untuk repackaging produk-produk saya biar terlihat berkelas,” kata Diah.

Ekosistem Digital Ekonomi di Surabaya

Bagian terpenting dari digital ekonomi memanglah membangun ekosistem. Di dalam ekosistem itu ada kolaborasi. Selama ini Pemkot Surabaya telah menyiapkan ekosistem itu. Di dalam beberapa pelatihan tentang ekonomi kreatif, Pemkot sering mengundang Google, Facebook dan para pelaku startup untuk dipertemukan dengan Pahlawan Ekonomi. Mereka dibina, diberi pelatihan seputar marketing melalui media sosial yang efektif.

Tahun ini, Risma juga telah menyediakan pusat pengembangan atau bisa disebut laboratorium ekonomi kreatif yang bertempat di Siola. Pada bulan Mei lalu, Risma juga memfasilitasi para pelaku industri kreatif digital menggelar Geek Festival 2017 di Siola. Para intelektual muda itu sekaligus juga bisa berkolaborasi membantu para Pahlawan Ekonomi dalam menatap era digital ekonomi atau bisa disebut era milenial.

Agus Wahyudi Humas Pahlawan Ekonomi Surabaya mengatakan, ekosistem digital ekonomi di Surabaya mulai terbentuk lima tahun terakhir ini. Kolaborasi antar industri kreatif sudah berjalan.

Para pebisnis yang tergabung di pahlawan ekonomi dipertemukan dengan para pelaku industri kreatif digital yang didominasi anak-anak muda Surabaya melalui Startup Surabaya. Produk-produk UKM mereka dibantu didesain ulang biar lebih menarik.

Agus mengatakan, produk UKM yang sudah ditata rupa di tahun lalu sebanyak 120 UKM, maka dari itu target tahun ini rencananya 200 UKM yang akan direpackaging produknya.

“Kami bekerjasama dengan Kreavi.com, para pemilik UKM tidak perlu mengeluarkan uang untuk mendesain kemasan produknya. Semuanya gratis,” katanya.

Selain itu, para pelaku bisnis yang tergabung dalam pahlawan ekonomi sekarang mulai bertransformasi ke digital ekonomi. Dari 9.000 pelaku bisnis binaan pahlawan ekonomi, sudah 1.000 yang sadar menggunakan marketing digital melalui media sosial.

“Kebanyakan menggunakan Facebook dan Instagram. Kemudian transaksi bisa dimantapkan dengan WhatsApp atau LINE,” katanya.

Merebut Potensi Digital Ekonomi Rp 1.700 Triliun

Semuel Abrijani Pangerapan Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo mengatakan, di tahun 2020 potensi digital ekonomi di Indonesia setara Rp 1.700 Triliun. Dengan begitu, kota Surabaya mempunyai peluang besar mengembangkan digital ekonomi. Kalau bisa juga dipersiapkan juga transaksi non tunai (chasless society).

“Saya baru dari China kemarin, di sana beli jus seharga Rp 4000 saja sudah bisa menggunakan transaksi non tunai hanya dengan gadget,” katanya kepada suarasurabaya.net.

Menurut Samuel, dengan transaksi non tunai indeks pertumbuhan ekonomi bisa terdaftar rapi. Sekaligus bisa dianalisa tren perputaran ekonomi di Surabaya. Misalnya, barang apa saja yang digemari oleh masyarakat Surabaya bisa terekam rapi.

Ke depan, kata Samuel, orang mau beli gula di toko bisa dengan transaksi non-tunai melalui finansial teknologi (fintek). Beberapa developer saat ini memulai menerapkan fintek dalam bertransaksi ekonomi.

“Sehingga tren perputaran transaksi masyarakat bisa dianalisa. Berapa uang yang berputar di transportasi dan lain sebagainya,” katanya.

Samuel meyakinkan, bahwa prasyarat penerapan digital ekonomi di Surabaya sudah cukup memadahi. Infrastruktur jaringan internet sudah terkoneksi dengan baik. Pertumbuhan Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia juga semakin maju.

Selain itu, kata Samuel, Tri Rismaharini Walikota Surabaya juga memiliki visi jauh ke depan untuk mengembangkan digital ekonomi ini. Misalnya, telah membangun pusat pengembangan bisnis digital dan ekonomi kreatif yang berada di gedung Siola.

“Surabaya sangat punya potensi untuk bertransformasi ke digital ekonomi. Kemenkominfo akan melakukan sosialisasi mengajak berfikir ke depan. Kita tidak boleh hanya jadi penonton atas peluang ini,” katanya.

Samuel menegaskan, ekonomi digital tidak akan menggerus para pebisnis UKM tapi justru membuka peluang besar dalam pemasaran. Sebab, selama ini UKM hanya memiliki kios kecil dan terbatas jangkauan pasarnya. Jika ada UKM memiliki produk enak atau barangnya bagus, maka secara marketnya bisa membuka jaringan yang lebih luas. Semua media sosial sekarang bisa digunakan tidak hanya startup.

“Saya melihat ekosistem digital ekonomi di Surabaya sudah dibentuk dan disupport oleh pemerintah kota,” katanya.

Samuel berpendapat, gairah digital ekonomi ini tidak akan menggerus atau mematikan bisnis offline di mall-mall. Para pebisnis ritel akan mengkomplimen atau saling mengisi. Bisa jadi mall itu tempat etalasenya. Dia yakin masyarakat akan beradaptasi atas perubahan ini. Karena sifat dasar manusia itu beradaptasi.

Kresnayana Yahya Bisnis Analis dan Pakar Statistik Surabaya dalam beberapa kesempatan talk show di Radio Suara Surabaya berulangkali mengingatkan, tantangan ekonomi di tahun 2017 adalah pertumbuhan teknologi informasi atau IT. Hal ini mengharuskan para pelaku bisnis menyesuaikan diri atau beradaptasi pada digital ekonomi.

Era milenial ini, kata Kresnayana, ada kecenderungan sharing ekonomi bagi pelaku industri kreatif yang di dalamnya memungkinkan semua orang bisa membuka dan menjadi pelaku bisnis. Misalnya, yang mulanya tidak memiliki toko, tidak punya pabrik, bahkan tidak punya izin SIUP, tetap bisa menjual produknya.

Contohnya pertumbuhan layanan jasa berbasis aplikasi, juga perkembangan e-commerce. Kuncinya, kata Kresnayana, adalah adaptasi dengan perkembangan IT. Sedangkan tantangan setiap perusahaan, yang paling utama adalah Go Digital. Inovasi juga menjadi kunci agar sebuah perusahaan bisa bertahan.

“Bagaimanapun juga, setiap orang harus mengubah cara kerjanya agar menjadi lebih produktif,” ujarnya.

Menghadapi tantangan di era milenial ini, Indonesia memiliki peluang tumbuh besar dalam ekonomi dunia, terutama karena fenomena surplus demografi. Bicara Indonesia berarti juga harus menghitung Surabaya sebagai kota kedua terbesar di tanah air.

Sekarang, semua ada di tangan warga Surabaya dan orang yang tinggal di Surabaya. Apakah berdiam diri sebagai penonton atau bergerak merebut kue besar bernama digital ekonomi. (bid/ipg)

Teks Foto:
1. Diah Arfianti pemilik usaha Diah Cookies salah satu Pahlawan Ekonomi binaan Pemkot Surabaya. Foto: Istimewa.
2. Di Geek Festival 2017 Mei lalu di Siola Surabaya, para intelektual muda berkolaborasi membantu para Pahlawan Ekonomi dalam menatap era digital ekonomi.
3. Semuel Abrijani Pangerapan Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo. Foto: Abidin suarasurabaya.net

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
33o
Kurs