Jumat, 3 Mei 2024

Sektor Migas Tak Lagi Jadi Primadona Bertumbuhnya Ekonomi di Indonesia

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Ilustrasi

Secara umum ekonomi Indonesia bertumbuh relatif sehat di kisaran 5 persen ditunjang yang paling tinggi pertumbuhannya di bidang informasi dan komunikasi. Kedua manufacturing disusul perdagangan di peringkat ketiga.

Kresnayana Yahya Chairperson Enciety Business Consult mengatakan, tahun ini internet bertumbuh sangat tinggi di atas 10 persen. Belanja masyarakat baik untuk internet, televisi fiber optik, gadget termasuk paling tinggi dan mendominasi hampir di seluruh Indonesia meski di kota-kota besar sangat masif.

Saat ini, kata dia, sektor migas bukan lagi menjadi primadona karena produksi migas 800 ribu barel dan 200 ribu barel di antaranya dihasilkan di Bojonegoro.

Untuk sektor pariwisata diperkirakan mendekati 6-7 persen. Bahkan hampir akhir tahun bisa mencapai 8 persen karena daerah dan komponen bertambah.

“Jadi seperti di Lombok, Labuan Bajo, Sulawesi, Raja Ampat, Ternate, Maluku mendapat tambahan yang signifikan dari promosi perkotaan dan alam. Tapi Bromo masih menjadi acuan di samping Bali dan Jogja yang sudah dikenal,” kata Kresna pada Radio Suara Surabaya, Kamis (26/10/2017).

Mengapa pertumbuhan ekonomi antara negara berkembang dengan negara maju berbeda? Kata Kresna, karena masyarakat di negara maju masyarakatnya muda-muda sehingga cenderung punya langkah-langkah pertumbuhan. Masyarakat kelas bawah naik menjadi kelas menengah karena indikatornya sangat jelas.

“Belanja naik, tapi beli mobil, motor dan rumah juga masih tinggi karena struktur penduduk kita separuh di bawah usia 28 tahun dan separuh lagi di atas 28 tahun. Ini sangat menguntungkan,” ujarnya.

Dalam 3 tahun terakhir, mulai ada dana desa yang tujuannya mengembangkan desa. Bumdes mulai muncul meskipun sulit tapi mulai menunjukkan hasil. Ini karena ada tambahan kegiatan ekonomi yang bisa diakses tanpa harus membangun mall tapi cukup melalui jejaring sosial. Bahkan di beberapa desa punya produk unggulan yang sudah masuk pasar global atau kota-kota besar.

Dari sisi potensi, kata dia, memang banyak yang belum tercatat dengan baik meskipun sekarang sudah ada yang mulai memasarkan ikan hias, rotan, daun kering.

Tahun 2018 mendatang, sektor yang makin membaik adalah sektor pertanian dan akan memberikan hasil yang cukup berarti. Kemungkinan kesulitan pangan sampai impor bisa ditekan, diakhiri dan dikendalikan serta bisa memberi jaminan pangan di Indonesia.

Maraknya perdagangan online diperkirakan juga tumbuh cukup bagus karena jumlah pembeli online diperkirakan lebih dari 100 juta orang. Mall, toko mulai ada pendamping toko onlinenya.

Ditambah apilikasi di gadget yang makin lama makin canggih. Aplikasi Gojek misalnya sudah didownload 50 juta orang. Itu akan menumbuhkan penjualan di warung-warung, sentra kuliner dengan adanya go-food.

Sudah ada indikasi yang menunjukkan pengguna aplikasi makin tinggi. Direktur facebook menyebutkan kalau 120 juta orang Indonesia aktif di facebook. Tiap tahunnya naik 15-20 juta orang dan ini menjadi bagian komunikasi sosial yang bisa memperkenalkan produk sehingga penjualan produk sudah mulai antar pulau.

Diperkirakan 3 juta orang pekerja akan digantikan dengan adanya teknologi. Tapi desainer, trainer, penulis produk, penulis swasta, penyuluh gerakan sosial masih diperlukan dan makin banyak.

“Nantinya pariwisata juga makin besar seiring moda transportasi laut dan udara yang tersambung. Peluang kerja masih terbuka, peluang usaha masih sangat besar. Apalagi suku bunga perbankan masih rendah,” ujarnya. (dwi/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
33o
Kurs