Jumat, 26 April 2024

Bioteknologi Pertanian Dapat Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Sumrambah di sela acara InaGRO Business Forum yang digelar oleh Kadin Jatim di Grand City Surabaya, Jumat (12/8/2022).

Krisis pangan global yang kian memburuk harus disikapi dengan cepat oleh seluruh pelaku industri agro tanah air dari hulu hingga hilir, salah satunya melalui penerapan bioteknologi mulai dari pembibitan hingga pasca panen.

Sumrambah Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jatim menegaskan, penggunaan bioteknologi saat ini menjadi sebuah keharusan yang dilakukan.

“Kita tidak bisa antipati dengan bioteknologi. Karena bioteknologi adalah pengembangan yang akan menjadi salah satu jawaban atas kondisi pertanian kita yang saat ini produksi pangan dengan pertambahan penduduk tidak seimbang,” terang Sumrambah di sela acara InaGRO Business Forum yang digelar oleh Kadin Jatim di Grand City Surabaya, Jumat (12/8/2022).

Terlebih dengan semakin luasnya penyusutan lahan di Indonesia, termasuk Jawa Timur yang menjadi lumbung pangan nasional. Saat ini, alih fungsi lahan sangat luar biasa. Secara nasional, luas lahan pertanian di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 8,4 juta hektar. Di tahun 2019, luas lahan pertanian di Indonesia hanya mencapai 7,4 juta hektar.

“Kalau ini dibiarkan, maka prediksi kami di tahun 2045, lahan pertanian kita hanya akan mencapai 3,6 juta hektar. Ini tidak akan bisa mencukupi kebutuhan pangan Indonesia. Terlebih dengan penambahan penduduk yang sudah diangkat 240 juta jiwa. Itu sangat luar biasa banyaknya yang harus kita kasih makan,” tegasnya melalui siaran pers Kadin Jatim..

Maka selain dengan penerapan bioteknologi, hal yang harus segera dilakukan pemerintah adalah dengan menetapkan Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD) yang tidak bisa diubah fungsinya.

“Sambil kita menjalankan riset-riset yang telah kita lakukan, termasuk transgenik dan lain sebagainya,” tandas Sumrambah.

Sementara fungsi pemerintah dan lembaga risetnya adalah meningkat keamanan dan menentukan tingkat kesesuaian dengan kondisi di Indonesia.

“Lembaga riset harus menjamin bahwa hasil riset yang dikembangkan di Indonesia itu adalah aman. Saat ini sudah ada yang mengaplikasikan tetapi regulasi pemerintah harus dipercepat untuk bisa melakukan itu. sosialisasi juga harus diperkuat lagi. Sekali lagi didalam dunia pertanian yang terpenting adalah tepat, sesuai dengan sasaran, terealisasi dengan baik dan ada pembuktian. maka proses sosialisasi pasti akan jalan dengan cepat,” tandasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh M. Yadi Sofyan Noor Ketua Kontak KTNA Nasional bahwa bioteknologi sangat dibutuhkan petani untuk memperoleh bibit atau varietas yang bagus. Jika petani menggunakan varietas konvensional, maka produksi sangat terbatas.

“Nah kami di KTNA ingin ada temuan bibit baru yang kapasitas produksi lebih banyak, besar dan lebih bermutu. Dan yang penting juga tahan kekeringan dan hama,” kata Yadi.

Saat ini hanya sekitar 7 varietas hasil bioteknologi yang telah digunakan. Jika dibandingkan Thailand, China, India dan Pakistan, Indonesia termasuk negara yang terlambat memanfaatkannya.

“Kalau Indonesia tidak diberi bibit yang bagus sayang karena potensinya besar,” tandasnya.

Misalnya padi, kelebihan dari bibit padi dari varietas bioteknologi diyakini produktifitasnya sangat tinggi, tahan hama dan kekeringan. “Benih-benih itu yang harusnya kita tanaman agar bisa meningkatkan kapasitas produksi kita,” ujar Yadi.

Sementara itu, Ony Anwar Harsono Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Timur mengatakan bahwa penerapan bioteknologi pasca panen juga sangat diperlukan untuk food scurity atau ketahanan pangan komoditas yang cepat membusuk. Dengan bioteknologi, maka akan memperpanjang usia untuk bisa dikonsumsi.

“Dan manfaatnya juga banyak. Tetapi selama ini kita ragu melaksanakan itu. Bawang putih yang difermentasi misalnya, akan ada senyawa baru seperti fenolik yang bisa meningkatkan imunitas daya tahan tubuh, anti kanker dan sebagainya,” terang Ony Anwar.

Untuk itu, HKTI sepakat bahwa penggunaan bioteknologi akan membantu ketahanan pangan Indonesia. Selain produktifitasnya harus ditingkatkan, bagi jenis tertentu yang daya simpannya tidak lama, ketika difermentasi bisa digunakan sebagai bahan pangan yang nilai manfaatnya lebih tinggi.(iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
28o
Kurs