Kamis, 2 Mei 2024

Hillary Tuding Surat FBI Sebabkan Kekalahannya

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Hillary Clinton. Foto: Reuters

Setelah kekalahannya yang mengejutkan pada Pilpres Selasa (8/11/2016) lalu, Hillary Clinton menuding James Comey Direktur FBI sengaja membalikkan opini publik mengenai dirinya melalui surat yang dia kirimkan kepada Kongres yang berisi keputusan penyelidikan kembali skandal email Hillary sewaktu menjabat Menteri Luar Negeri AS periode 2009-2012.

Hal ini dinyatakan oleh dua penyandang dana utama Kampanye Hillary dalam sebuah telekonferensi kepada Reuters. Akibat keputusan Comey itu, menurut kedua penyandang dana itu, Hillary yang sebelumnya diproyeksikan memenangi Pemilu AS justru kalah dengan Donald Trump dari Partai Republik.

Hillary Clinton menilai keputusan Comey mengumumkan penyelidikan terbaru atas emailnya telah menggerus dukungan kepadanya di negara bagian-negara bagian di barat tengah AS (Midwest). Meskipun pada akhirnya Comey kemudian menyimpulkan bahwa Hillary tak bisa diadili karena kasus email barunya itu.

Dampak politiknya, kata kedua pendana itu, terlanjur merusak citra Hillary. Melalui para pendana ini, Hillary menilai Trump menarik manfaat dari manuver Comey itu untuk menyerangnya. Surat Comey juga mendorong para pendukung Trump memperluas hasutan bahwa Pemilu akan berlangsung dengan curang.

Sabtu (12/11/2016) waktu AS, Hillary mengatakan kepada para pendukungnya bahwa timnya telah merancang memo menyangkut opini publik yang berkaitan dengan surat Comey tersebut, yang dia duga sengaja untuk membalikkan opini publik. Memo itu menyebutkan, akibat surat direktur FBI itu pemilih akhirnya lebih memilih Trump ketimbang Hillary.

Kekalahan Hillary Clinton di Wisconsin merupakan yang pertama kalinya sejak 1984, negara bagian itu akhirnya memilih calon presiden dari kubu Republik. Sebelumnya, negara bagian itu selalu memilih calon dari Demokrat. Selain itu, meski hasil di Michigan belum bisa disimpulkan, ada kemungkinan besar negara bagian ini akan cenderung pada Republik. Padahal negara bagian ini terakhir kali memilih calon presiden dari Republik pada 1988.

Hillary Clinton, hingga beberapa waktu lalu tampil low profile setelah menyampaikan pidato pengakuan kekalahannya kepada Trump.(ant/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
27o
Kurs