Selasa, 23 April 2024

Bangkitkan Pelayaran Batu Bara di Masa Pandemi

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Wahyu Nur Hidayatun Nisa mahasiswi ITS yang fokus pada kajian pelayaran batu bara di masa pandemi. Foto: Humas ITS

Wahyu Nur Hidayatun Nisa, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui artikel berjudul Pelayaran Batubara Indonesia Bangkit dari Belenggu Pandemi, menyoroti fakta terkini hingga cara kebangkitan sektor tersebut, khususnya bidang pelayaran batubara.

Wahyu menjelaskan bahwa sektor batubara kini sedang dalam kondisi kelebihan pasokan, di mana jumlah pasokan tetap tapi jumlah permintaan menurun drastis.

“Hal ini membuat banyak kapal yang menganggur dan digunakan untuk penyimpanan saja,” ujar mahasiswa Departemen Teknik Transportasi Laut ITS ini, Selasa (3/11/2020).

Saat ini, lanjut Wahyu harga batubara yang merupakan salah satu komoditas utama nonmigas Indonesia ini terus menurun setiap bulannya. Kendati demikian, adanya biaya tetap dan biaya variabel dalam dunia pelayaran, konstan memerlukan pemenuhan baik kapal dalam kondisi beroperasi atau tidak.

“Biaya tetap ini terdiri dari capital cost atau modal dan operating cost seperti gaji anak buah kapal, administrasi, maintenance, dan asuransi,” papar Wahyu.

Menyikapi hal tersebut, menurut mahasiswi asal Blitar ini, kini Indonesia perlu menerapkan strategi anyar nan jitu untuk menutupi kebutuhan wajib tersebut. Ia menggagas baik strategi jangka pendek maupun strategi jangka panjang.

Strategi jangka pendek antara lain Strategi Integrasi yang meliputi strategi horizontal maupun vertikal. Gadis kelahiran 1998 ini menerangkan bahwa dalam strategi jangka pendek tersebut, perlu untuk mengoptimalkan beberapa hal.

Di antaranya yakni opportunity voyage, bekerja sama dengan perbankan, negosiasi kontrak bagi charterer, menggandeng pemerintah, hingga mengefisiensikan perawatan kapal.

Kemudian untuk strategi jangka panjang, Wahyu memaparkan sebanyak tiga poin utama. Diawali dengan membuka pasar baru, melakukan efektivitas penggunaan armada, hingga mengganti terms pembiayaan dari Free on Board (FOB) menjadi Cost, Insurance & Freight (CIF).

“Dengan CIF, tidak hanya penyerahan barang di atas kapal, namun ongkos angkut dan premi asuransi sudah dibayar sampai ke pelabuhan tujuan,” terang Wahyu.

Dengan perubahan menjadi CIF, Wahyu menganalisis bahwa total biaya akan menjadi lebih sedikit dibanding dengan FOB. Meski begitu, tetap diperlukannya strategi lain yakni membidik pasar untuk komoditas yang dapat dibawa oleh kapal sebagai muatan balik ke Indonesia agar penurunan biaya dapat lebih maksimal.

“Semua strategi jangka panjang ini dapat dilakukan oleh pelaku usaha yang dapat digunakan untuk mendongkrak lagi pendapatannya pascapandemi,” papar Wahyu.

Melalui artikel yang telah mengantarkan Wahyu menjadi juara II dalam ajang Databooks Competition 2020 pada 25 September lalu, ia berharap dapat mengedukasi masyarakat akan besarnya potensi batubara sebagai kunci utama listrik di Indonesia maupun dunia. Pun menjadi pertimbangan pihak-pihak terkait untuk bersama-sama bangkit dari belenggu pandemi ini.

“Target dari artikel ini adalah para pengambil kebijakan yakni pemerintah, perbankan, dan terutama industri pelayaran batubara,” pungkas Wahyu. (tok/dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 23 April 2024
30o
Kurs