Jumat, 29 Maret 2024

Gus Yaqut Menteri Agama, Paling Muda di Antara Lima Lainnya

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Yaqut Cholil Qoumas Ketua Umum GP Ansor saat diumumkan menjadi Menteri Agama, Selasa (22/12/2020) di Istana Kepresidenan, Jakarta. Foto: Youtube Sekretariat Presiden

Nama Yaqut Cholil Choumas dipilih Joko Widodo Presiden untuk menggantikan Fachrul Razi sebagai Menteri Agama.

“Bapak Yaqut Cholil Qoumas, beliau adalah pemimpin muslim, Ketua GP Ansor dan kita akan berikan tanggung jawab sebagai Menteri Agama,” kata Presiden dari Istana Merdeka, Selasa (22/12/2020).

Gus Yaqut, begitu ia akrab disapa adalah menteri baru yang paling muda dibandingkan lima menteri lain yang diumumkan Presiden pada Selasa (22/12/2020) di Istana Merdeka. Dibanding menteri lain yang usianya berkisar 50-60an, Gus Yaqut berusia 45 tahun.

Dilansir Antara, Gus Yaqut selama ini dikenal sebagai pemimpin muda muslim lahir di Rembang, 4 Januari 1975, merupakan putra dari K.H. Muhammad Cholil Bisri, salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Ia adalah saudara dari Yahya Staquf, tokoh Nahdlatul Ulama (NU).

Gus Yaqut selama ini juga banyak dikenal sebagai tokoh muda Rembang. Pendidikan sarjananya diselesaikannya di Universitas Indonesia Jurusan Sosiologi.

Dia pernah menjadi Wakil Bupati Rembang periode 2005-2010 lewat bendera PKB. Dia juga pernah menjabat sebagai Ketua DPC PKB Bandung dan PMII Depok. Gus Yaqut juga sempat dilantik menjadi anggota DPR periode 2014-2019 dari PKB sebagai pergantian antarwaktu (PAW) Hanif Dhakiri yang saat itu menjadi Menaker. Namun ia lebih dikenal sebagai Ketua Umum GP Ansor.

Dalam keterangan pers usai diumumkan sebagai Menag, dia mengatakan tak ingin agama dijadikan alat politik untuk menentang pemerintah.

“Setelah resmi menjadi Menag, yang pertama ingin saya lakukan adalah bagaimana menjadikan agama sebagai inspirasi bukan aspirasi,” kata Gus Yaqut di Veranda Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, setelah diperkenalkan sebagai calon Menag oleh Presiden Jokowi.

Ia melanjutkan, “Artinya apa? Bahwa agama sebisa mungkin tidak lagi digunakan menjadi alat politik, baik untuk menentang pemerintah, merebut kekuasaan, maupun mungkin untuk tujuan-tujuan yang lain.”

Menurut dia, agama lebih baik dibiarkan untuk menjadi inspirasi dan biarkan agama ini membawa nilai-nilai kebaikan dan nilai-nilai kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal kedua yang disebutnya sebagai tugas yang tidak mudah, yaitu bagaimana bisa meningkatkan ukhuwah islamiah bangsa ini sebagai bangsa dengan mayoritas pemeluk agama Islam.

“Maka, negara ini akan damai jika sesama muslim sesama umat Islam ini memiliki ukhuwah di antara mereka,” katanya.(ant/dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
26o
Kurs