Jumat, 29 Maret 2024

Inggris Kembali Berlakukan Lockdown

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Ilustrasi. Warga mengantre di luar supermarket Waitrose and Partners, di tengah penyebaran penyakit virus corona (Covid-19), di Balham, London, Inggris, Selasa (22/12/2020). Foto: Reuters/Antara

Boris Johnson Perdana Menteri pada Senin (4/1/2021) kemarin, memerintahkan Inggris untuk kembali melakukan lockdown (karantina) nasional demi menahan lonjakan kasus Covid-19, yang mengancam sistem kesehatan sebelum program vaksin berjalan.

Perintah itu dikeluarkan hanya beberapa jam setelah pemerintah memuji keberhasilan Inggris sebagai negara pertama, yang mulai meluncurkan vaksin hasil pengembangan Universitas Oxford dan AstraZeneca.

Dikutip Antara, Johnson mengatakan varian baru virus corona, yang pertama kali diidentifikasi di Inggris itu, menyebar sangat cepat dan sekarang bermunculan di banyak negara. Untuk itu, perlu dilakukan tindakan untuk menekan penyebaran virus tersebut.

“Saat saya berbicara dengan Anda malam ini, rumah-rumah sakit kita mengalami tekanan lebih berat karena Covid dibandingkan sejak pandemi ini mulai muncul,” kata Johnson dalam pidato yang disiarkan televisi ke seluruh negeri.

“Dengan sebagian besar negeri sudah berada di bawah tindakan ekstrem, jelas bahwa kita perlu berbuat lebih banyak bersama-sama untuk mengendalikan varian baru ini,” katanya.

“Karena itu kita harus melakukan karantina nasional, yang cukup sulit untuk menahan varian ini. Itu berarti pemerintah sekali lagi memerintahkan Anda untuk tetap berada di rumah.”

Johnson mengatakan, toko dan industri layanan yang tidak penting harus tetap ditutup.

Sementara itu, sekolah dasar dan menengah akan tutup mulai Selasa (5/1/2021) bagi semua siswa, kecuali anak-anak yang rentan dan mereka yang orang tuanya merupakan para petugas kunci.

Johnson mengatakan berbagai pembatasan itu berarti semua ujian tidak mungkin dilanjutkan di musim panas ini.

Peniadaan ujian itu berdampak pada program pendidikan siswa dan rencana masa depan di Inggris. Di mana hal itu terjadi di tahun akademik kedua secara berturut-turut, terutama saat pandemi Covid-19.

Johnson mengatakan, jika peluncuran vaksin berjalan sesuai rencana dan jumlah kematian berkurang berkat karantina wilayah, Inggris mungkin akan mulai mencabut pembatasan pada pertengahan Februari.

Ia mendesak semua pihak agar berhati-hati tentang kerangka waktu itu dan meminta mereka untuk mematuhi semua aturan.

Saat Inggris bergulat dengan jumlah kematian tertinggi keenam di dunia dan kasus kembali mencapai titik tertinggi, kepala penasihat medis negara itu mengatakan penyebaran Covid-19 berisiko membuat sebagian besar sistem kesehatan dalam waktu 21 hari akan mengalami kewalahan.

Pemerintah Johnson sebelumnya menggembar-gemborkan ‘kemenangan’ ilmiah karena Inggris menjadi negara pertama di dunia yang mulai memvaksinasi penduduknya dengan suntikan vaksin Oxford/AstraZeneca.

Meskipun program vaksinasi sudah diluncurkan, jumlah kasus Covid-19 dan kematian terus meningkat.

Sejak pandemi mulai muncul, sudah lebih dari 75.000 orang di Inggris meninggal akibat Covid-19 –dalam 28 hari sejak mereka dinyatakan positif terpapar virus corona. Rekor 58.784 kasus baru corona dilaporkan pada Senin (4/1/2021).

Ekonomi Inggris pun mengalami kehancuran bersejarah hampir 20 persen pada periode April-Juni tahun 2020, terutama ketika sebagian besar bisnis ditutup saat lockdown pertama. (ant/ang)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
30o
Kurs